Alkitab | 24 Maret 2023
Sejarah Alkitab, Bagian 1 – Transmisi

Ini adalah postingan pertama dalam seri tiga bagian tentang sejarah Alkitab yang sangat khusus. Dari mana datangnya Alkitab? Bagaimana Alkitab ada dalam Bahasa Inggris dan begitu banyak bahasa lainnya? Mengetahui sejarah dari Buku yang paling berharga ini akan meningkatkan apresiasi kita terhadap Firman Allah yang tertulis dan ketersediaannya bagi kita hari ini, dan akan memotivasi kita untuk menghargai Alkitab dan membacanya secara rutin.
Melalui transmisi, langkah pertama dari perjalanan ini, Allah mengutarakan firman-Nya kepada manusia dengan berbicara kepada manusia; pembicaraan ini dicatat dan dipelihara dalam bentuk tertulis.
Pada tahap kedua, penerjemahan, Alkitab menjadi tersedia bagi semua orang dalam bahasa-bahasa yang dapat dimengerti oleh orang awam. Ribuan orang rela mempertaruhkan dan bahkan menyerahkan nyawa mereka untuk menerjemahkan Firman Allah dari Bahasa Ibrani, Yunani, dan Latin agar semua orang dapat membacanya.
Akhirnya, melalui langkah penafsiran, sebagai puncak dari dua langkah pertama, Allah memakai orang-orang yang setia untuk menggali kebenaran-kebenaran yang mendalam dan tersembunyi di dalam Alkitab melalui penafsirannya yang tepat.
Tiga langkah dari perjalanan Alkitab yang hebat ini telah menghasilkan Alkitab yang ditransmisikan, diterjemahkan dengan benar, dan ditafsirkan dengan benar. Hari ini Alkitab telah dibuka dan lebih mudah diakses daripada sebelumnya.
Sumbernya: “Seluruh Kitab Suci diilhamkan (lit. diembuskan) Allah”—2 Timotius 3:16a. Alkitab sebagai embusan napas Allah membuktikan bahwa Allah sendiri adalah sumber Alkitab.
Esensinya: “Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup”—Yohanes 6:63b. Esensi, susunan, dari Firman itu juga adalah Allah sebagai Roh itu. Allah itu Roh, jadi, Firman adalah perwujudan Allah sebagai Roh itu; ketika Anda menyentuh Firman, Anda menyentuh Allah sebagai Roh itu.
Sarana penyampaiannya: Napas Allah bukan hanya sumber Alkitab tetapi juga sarana yang digunakan Allah untuk menyampaikan perkataan-Nya kepada manusia.
Sebagai sebuah buku, Alkitab itu unik; sumber, esensi, dan sarana penyampaiannya kepada manusia membedakannya dari semua karya-karya yang ditulis oleh pengarang-pengarang yang adalah manusia.
Allah menggunakan orang-orang tertentu untuk mencatat apa yang Dia katakan kepada mereka. Meskipun kata-kata Alkitab dicatat secara fisik oleh manusia, kehendak manusia, kerinduan, dan keinginan, beserta pemikiran dan eksposisinya, bukanlah sumbernya.1 Sumber dari Alkitab adalah Allah, dan oleh Roh Kudus-Nya mendorong manusia untuk membicarakan keluar kehendak, kerinduan, dan keinginan Allah.2 Oleh karena itu, meskipun sumber Alkitab adalah Allah, manusia adalah sarana yang dipakai Allah untuk mencatat dan memelihara perkataan-Nya. Umat manusia juga ditujukan sebagai penerima dari Firman Allah.
Bahasa Ibrani
Bahasa Ibrani adalah bahasa asli umat pilihan Allah, Israel. Allah menyebabkan orang Ibrani pertama, Abraham, meninggalkan Babel dan Bahasa Babel, dan tinggal di tanah Kanaan di mana dia memperoleh bahasa baru, Bahasa Kanaan, yang akhirnya berkembang menjadi Bahasa Ibrani.
Bahasa Aram
Dalam kurun waktu penulisan Perjanjian Lama, Israel ditawan di tanah orang-orang berbahasa Aram.3 Jadi, beberapa bagian dalam Perjanjian Lama dicatat dalam Bahasa Aram. Pada zaman Tuhan Yesus, orang-orang Yahudi berbicara Bahasa Aram di antara mereka sendiri, dan beberapa kata Aram dicatat dalam Perjanjian Baru.4
Bahasa Yunani
Sebagian besar Perjanjian Baru, yang dicatat selama Kekaisaran Romawi, awalnya ditulis dalam Bahasa Yunani, bahasa yang kaya, ringkas, dan ekspresif. Dari sudut pandang linguistik, Bahasa Yunani bukan hanya bahasa terbaik untuk merekam dan menyampaikan kekayaan Alkitab tetapi juga merupakan lingua franca (bahasa universal) Kekaisaran Romawi, yang pada saat itu mencakup sebagian besar dunia yang dikenal. Karena Perjanjian Baru dicatat dalam Bahasa Yunani, wahyu yang terkandung dalam Kitab Suci tersebar luas ke seluruh dunia Mediterania dan sekitarnya. Alkitab dicatat dan dipelihara dalam bahasa-bahasa manusia menunjukkan bahwa apa yang Allah sampaikan dalam Alkitab dimaksudkan untuk dipahami dan dinikmati umat manusia.
Jika Alkitab tidak direkam pada media yang sesuai yang dapat dipelihara dan disebarluaskan dengan relatif mudah, wahyu tentang persona dan tujuan Allah hanya akan tersedia dan bermanfaat bagi orang-orang yang hidup pada saat Alkitab itu dicatat. Namun, karena Allah menghendaki agar seluruh umat manusia memiliki akses ke Firman-Nya, Alkitab dicatat pada bahan-bahan yang paling tepat dan tahan lama yang tersedia. Saat ini, wahyu yang terkandung dalam Alkitab terus dapat diakses oleh semua orang.
Kata kanon memiliki dua arti dasar dalam kaitannya dengan Kitab Suci: (1) daftar kitab-kitab yang diterima sebagai Kitab Suci, dan (2) sebuah aturan atau standar. Alkitab adalah aturan atau standar yang dengannya semua kepercayaan dan praktik Kristen diukur.5
Penting untuk dipahami bahwa terlepas dari apakah umat manusia mengakui Alkitab sebagai perkataan Allah atau tidak, itu tetap nyatanya adalah perkataan Allah. Alkitab tidak menuntut atau mengambil manfaat dari pengakuan manusia akan hal itu.
Akan tetapi, secara historis, dari sudut pandang manusia, bagian terakhir dari transmisi Alkitab adalah pengakuannya oleh manusia sebagai Firman Allah. Kanonisasi Alkitab dalam kurun waktu membuktikan keasliannya sebagai Firman Allah. Seorang penulis menggambarkan proses kanonisasi dengan mengatakan:
“Tidak perlu mendeklarasikan pohon dengan namanya. Ia hanya perlu tumbuh secara bertahap, berbunga, dan berbuah; secara spontan manusia akan mengenali jenis pohon apa itu. Dengan cara yang sama, apakah kitab-kitab dalam Alkitab berasal dari Allah atau tidak, paling baik dijawab dengan ujian waktu. Nilai-nilai dan otoritas kitab-kitab tersebut secara spontan menyatakannya sendiri.”6
Baca bagian 2 dari Sejarah Alkitab untuk mempelajari tentang terjemahan Alkitab ke dalam bahasa Inggris.
Semua ayat dikutip dari Alkitab yang dicetak LAI. Anda dapat memesan gratis Perjanjian Baru dengan catatan kaki Versi Pemulihan di sini.
1 2 Petrus 1:21, catatan 2, Perjanjian Baru dengan catatan kaki Versi Pemulihan, edisi ke-2.
2 Ibid.
3 Witness Lee, Mengenal Alkitab (Anaheim, CA: Living Stream Ministry, 1990), 28.
4 ibid., 27.
5 F.F. Bruce, Kanon Kitab Suci (Downers Grove, IL: InterVarsity Press, 1988), 17-18.
6 Lee, Mengenal Alkitab, 34.
Perjalanan Alkitab dan Perjuangan Dalam Membuka Maknanya
Alkitab adalah buku terhebat di alam semesta. Lebih dari sekadar buku kristiani tentang pesan-pesan moral dan cerita-cerita, Alkitab adalah pembicaraan dari Allah kepada manusia. Tetapi bagaimana Firman Allah kita, yang telah dicatat sejak lama sekali, sampai kepada kita dalam bentuk tertulisnya? Alkitab telah melewati suatu perjalanan yang luar biasa—dari mulut Allah ke tangan kita. Untuk memahami besarnya dan berharganya perjalanan ini, kita akan melihat bagaimana Alkitab mencapai kita melalui tiga langkah utama:
- Transmisi
- Penerjemahan
- Penafsiran
Melalui transmisi, langkah pertama dari perjalanan ini, Allah mengutarakan firman-Nya kepada manusia dengan berbicara kepada manusia; pembicaraan ini dicatat dan dipelihara dalam bentuk tertulis.
Pada tahap kedua, penerjemahan, Alkitab menjadi tersedia bagi semua orang dalam bahasa-bahasa yang dapat dimengerti oleh orang awam. Ribuan orang rela mempertaruhkan dan bahkan menyerahkan nyawa mereka untuk menerjemahkan Firman Allah dari Bahasa Ibrani, Yunani, dan Latin agar semua orang dapat membacanya.
Akhirnya, melalui langkah penafsiran, sebagai puncak dari dua langkah pertama, Allah memakai orang-orang yang setia untuk menggali kebenaran-kebenaran yang mendalam dan tersembunyi di dalam Alkitab melalui penafsirannya yang tepat.
Tiga langkah dari perjalanan Alkitab yang hebat ini telah menghasilkan Alkitab yang ditransmisikan, diterjemahkan dengan benar, dan ditafsirkan dengan benar. Hari ini Alkitab telah dibuka dan lebih mudah diakses daripada sebelumnya.
Transmisi: Dari Mana Alkitab Berasal?
Allah kita adalah Allah yang berbicara (Ibr. 1:1-2). Dia telah memberi kita harta yang sangat besar—perkataan-Nya—yang dicatat dalam bentuk fisik sebagai Kitab Suci. Melalui berbicara, Allah telah memanifestasikan diri-Nya, dengan demikian mewahyukan apa adanya diri-Nya dan tujuan-Nya kepada umat manusia. Manusia mencatat apa yang Allah katakan, memelihara pembicaraan Allah untuk seluruh umat manusia. Transmisi Kitab Suci adalah proses yang olehnya manusia memperoleh, memelihara, dan mewariskan pembicaraan Allah melalui waktu.
Dari Allah
Untuk lebih mengerti transmisi Alkitab, kita perlu menguji sumber dan esensi Alkitab, dan cara-cara Allah menyampaikan pembicaraan-Nya kepada kita.
Sumbernya: “Seluruh Kitab Suci diilhamkan (lit. diembuskan) Allah”—2 Timotius 3:16a. Alkitab sebagai embusan napas Allah membuktikan bahwa Allah sendiri adalah sumber Alkitab.
Esensinya: “Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup”—Yohanes 6:63b. Esensi, susunan, dari Firman itu juga adalah Allah sebagai Roh itu. Allah itu Roh, jadi, Firman adalah perwujudan Allah sebagai Roh itu; ketika Anda menyentuh Firman, Anda menyentuh Allah sebagai Roh itu.
Sarana penyampaiannya: Napas Allah bukan hanya sumber Alkitab tetapi juga sarana yang digunakan Allah untuk menyampaikan perkataan-Nya kepada manusia.
Sebagai sebuah buku, Alkitab itu unik; sumber, esensi, dan sarana penyampaiannya kepada manusia membedakannya dari semua karya-karya yang ditulis oleh pengarang-pengarang yang adalah manusia.
Kepada Manusia
“Tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.”—2 Petrus 1:21b
Allah menggunakan orang-orang tertentu untuk mencatat apa yang Dia katakan kepada mereka. Meskipun kata-kata Alkitab dicatat secara fisik oleh manusia, kehendak manusia, kerinduan, dan keinginan, beserta pemikiran dan eksposisinya, bukanlah sumbernya.1 Sumber dari Alkitab adalah Allah, dan oleh Roh Kudus-Nya mendorong manusia untuk membicarakan keluar kehendak, kerinduan, dan keinginan Allah.2 Oleh karena itu, meskipun sumber Alkitab adalah Allah, manusia adalah sarana yang dipakai Allah untuk mencatat dan memelihara perkataan-Nya. Umat manusia juga ditujukan sebagai penerima dari Firman Allah.
Bahasa-bahasa Alkitab
Allah “menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran” (1 Timotius 2:4), sehingga Alkitab ditulis dalam bahasa-bahasa yang dimengerti dan diucapkan oleh manusia. Alkitab adalah satu buku. Namun, karena kekacauan sejarah orang Yahudi, orang-orang yang Allah percayakan untuk pencatatan Alkitab, Alkitab ditulis dalam tiga bahasa—Bahasa Ibrani, Bahasa Aram, dan Bahasa Yunani.
Bahasa Ibrani
Bahasa Ibrani adalah bahasa asli umat pilihan Allah, Israel. Allah menyebabkan orang Ibrani pertama, Abraham, meninggalkan Babel dan Bahasa Babel, dan tinggal di tanah Kanaan di mana dia memperoleh bahasa baru, Bahasa Kanaan, yang akhirnya berkembang menjadi Bahasa Ibrani.
Bahasa Aram
Dalam kurun waktu penulisan Perjanjian Lama, Israel ditawan di tanah orang-orang berbahasa Aram.3 Jadi, beberapa bagian dalam Perjanjian Lama dicatat dalam Bahasa Aram. Pada zaman Tuhan Yesus, orang-orang Yahudi berbicara Bahasa Aram di antara mereka sendiri, dan beberapa kata Aram dicatat dalam Perjanjian Baru.4
Bahasa Yunani
Sebagian besar Perjanjian Baru, yang dicatat selama Kekaisaran Romawi, awalnya ditulis dalam Bahasa Yunani, bahasa yang kaya, ringkas, dan ekspresif. Dari sudut pandang linguistik, Bahasa Yunani bukan hanya bahasa terbaik untuk merekam dan menyampaikan kekayaan Alkitab tetapi juga merupakan lingua franca (bahasa universal) Kekaisaran Romawi, yang pada saat itu mencakup sebagian besar dunia yang dikenal. Karena Perjanjian Baru dicatat dalam Bahasa Yunani, wahyu yang terkandung dalam Kitab Suci tersebar luas ke seluruh dunia Mediterania dan sekitarnya. Alkitab dicatat dan dipelihara dalam bahasa-bahasa manusia menunjukkan bahwa apa yang Allah sampaikan dalam Alkitab dimaksudkan untuk dipahami dan dinikmati umat manusia.
Media
Selama penulisan Alkitab, bahan-bahan untuk menulis mahal dan sulit diperoleh. Secara umum, bahan yang paling tahan lama, hemat biaya, dan mudah diakses adalah bahan yang digunakan untuk mencatat dan mereproduksi teks Alkitab. Di dunia kuno, media yang memenuhi persyaratan ini berkembang dari batu menjadi tablet tanah liat, menjadi papirus, kulit, kertas perkamen, dan akhirnya kertas.
Jika Alkitab tidak direkam pada media yang sesuai yang dapat dipelihara dan disebarluaskan dengan relatif mudah, wahyu tentang persona dan tujuan Allah hanya akan tersedia dan bermanfaat bagi orang-orang yang hidup pada saat Alkitab itu dicatat. Namun, karena Allah menghendaki agar seluruh umat manusia memiliki akses ke Firman-Nya, Alkitab dicatat pada bahan-bahan yang paling tepat dan tahan lama yang tersedia. Saat ini, wahyu yang terkandung dalam Alkitab terus dapat diakses oleh semua orang.
Kanonisasi
Kanonisasi adalah pengakuan manusia bahwa apa yang ditulis dan direkam oleh orang-orang yang diberi ilham oleh Allah memang benar adalah perkataan Allah sendiri.
Kata kanon memiliki dua arti dasar dalam kaitannya dengan Kitab Suci: (1) daftar kitab-kitab yang diterima sebagai Kitab Suci, dan (2) sebuah aturan atau standar. Alkitab adalah aturan atau standar yang dengannya semua kepercayaan dan praktik Kristen diukur.5
Penting untuk dipahami bahwa terlepas dari apakah umat manusia mengakui Alkitab sebagai perkataan Allah atau tidak, itu tetap nyatanya adalah perkataan Allah. Alkitab tidak menuntut atau mengambil manfaat dari pengakuan manusia akan hal itu.
Akan tetapi, secara historis, dari sudut pandang manusia, bagian terakhir dari transmisi Alkitab adalah pengakuannya oleh manusia sebagai Firman Allah. Kanonisasi Alkitab dalam kurun waktu membuktikan keasliannya sebagai Firman Allah. Seorang penulis menggambarkan proses kanonisasi dengan mengatakan:
“Tidak perlu mendeklarasikan pohon dengan namanya. Ia hanya perlu tumbuh secara bertahap, berbunga, dan berbuah; secara spontan manusia akan mengenali jenis pohon apa itu. Dengan cara yang sama, apakah kitab-kitab dalam Alkitab berasal dari Allah atau tidak, paling baik dijawab dengan ujian waktu. Nilai-nilai dan otoritas kitab-kitab tersebut secara spontan menyatakannya sendiri.”6
Baca bagian 2 dari Sejarah Alkitab untuk mempelajari tentang terjemahan Alkitab ke dalam bahasa Inggris.
Semua ayat dikutip dari Alkitab yang dicetak LAI. Anda dapat memesan gratis Perjanjian Baru dengan catatan kaki Versi Pemulihan di sini.
1 2 Petrus 1:21, catatan 2, Perjanjian Baru dengan catatan kaki Versi Pemulihan, edisi ke-2.
2 Ibid.
3 Witness Lee, Mengenal Alkitab (Anaheim, CA: Living Stream Ministry, 1990), 28.
4 ibid., 27.
5 F.F. Bruce, Kanon Kitab Suci (Downers Grove, IL: InterVarsity Press, 1988), 17-18.
6 Lee, Mengenal Alkitab, 34.
Post Views: 443