Iman | 19 Agustus 2022
Bagaimana Iman Kita Dapat Dikuatkan?
        
Kehidupan Kristen kita adalah sebuah kehidupan iman dan Alkitab memberi tahu kita untuk berjalan bukan berdasarkan penglihatan, melainkan iman. Ketika kita berpikir mengenai pengalaman kita, kita harus mengakui bahwa ketika kita melihat suatu cobaan dan kesulitan di dalam lingkungan kita atau di dalam kehidupan pribadi kita, kita sering menjadi putus asa dan sulit untuk meletakkan iman kita di dalam Allah. Kita mencoba untuk percaya, namun kelihatannya iman kita menyusut.

Dalam kehidupan kristiani kita sehari-hari dan khususnya ketika kita dihadapkan dengan masalah dan kesulitan, bagaimana kita dapat memiliki iman yang dikatakan dalam Ibrani 11:1, ”Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang diharapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak dilihat”? Bagaimana iman kita dapat dikuatkan?

Kita memiliki roh iman
Dua Korintus 4:13 berkata, “Namun karena kami memiliki roh iman yang sama, seperti ada tertulis:

“Aku percaya, sebab itu aku berkata-kata” maka kami juga percaya dan sebab itu kami juga berkata-kata.”

Catatan kaki kedua dari ayat ini, dalam Alkitab dengan catatan kaki versi pemulihan, menjelaskan roh iman:

“Roh iman adalah Roh kudus berbaur dengan roh manusia. Kita harus melatih roh ini untuk percaya dan mengucapkan (seperti pemazmur) hal-hal yang telah kita alami tentang Tuhan, terutama pengalaman atas kematian dan kebangkitan-Nya. Iman ada di dalam roh kita yang berbaur dengan Roh Kudus, bukan di dalam pikiran kita. Keragu-raguan ada di dalam pikiran kita. Di sini roh menunjukkan bahwa dengan roh perbauran inilah para rasul menempuh hidup yang tersalib di dalam kebangkitan untuk menggenapkan ministri mereka.”

Iman berada di dalam roh kita. Ketika kita percaya Kristus, kita dilahir-ulangkan dan roh kita menjadi roh iman. Maka alih-alih hanya mempertimbangkan dalam mental apa yang dapat kita lihat, lingkungan kita, atau situasi yang sulit dan penuh keragu-raguan, kita harus melatih roh iman untuk mengontak Tuhan yang ada di dalam roh kita. Ketika kita melakukan ini, kita akan menemukan iman di dalam roh kita.

Hari demi hari, kita perlu melatih roh iman kita, tetapi bagaimana kita melakukannya?

Kita dapat melatih roh iman kita
Ayat yang sama dalam 2 Korintus 4:13 juga mengatakan, “Aku percaya, sebab itu aku berkata-kata.” Salah satu cara yang terbaik yang dapat kita lakukan adalah melatih roh iman kita dengan berbicara. Apa yang harus kita bicarakan dan kepada siapa?

Pertama, kita dapat berbicara dan bahkan memproklamirkan firman Tuhan kepada diri kita dan kepada Tuhan. Semakin kita membicarakan firman-Nya, semakin banyak iman yang kita miliki.

Sebagai contoh, beritahukanlah kepada Tuhan ketika kita sedang putus asa. Ketika kita membaca Matius 28:20, ”Ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” Kita dapat memproklamirkan ayat ini dengan roh iman kita dan berkata “Terima kasih Tuhan, Engkau senantiasa menyertaiku! Firman-Mu berkata demikian! Aku percaya firman-Mu.” Berkata demikian bukanlah berlatih berpikir positif, karena apa yang kita katakan adalah perkataan Allah yang hidup dan sejati. Ketika kita membicarakan firman Allah yang hidup ini, roh iman kita dikuatkan.

Kedua, kita juga dapat berbicara kepada orang lain. Ketika kita memberi tahu orang mengenai Kristus yang kita kasihi, kita membagikan kepada mereka apa yang kita telah nikmati dari firman-Nya, mereka dan kita sama-sama mendapatkan keuntungan. Banyak dari antara kita telah mengalami bahwa ketika kita memberitakan Injil kepada orang lain, iman kita dibentengi dan kita jatuh cinta dengan Tuhan Yesus dengan segar.

Dengan demikian, iman ini awal mulanya datang kepada kita melalui pendengaran akan firman Kristus. Setelah itu, iman kita dikuatkan oleh perkataan Allah. Ketika roh iman kita dibaurkan dengan perkataan-Nya melalui membicarakannya, iman kita dirawat dan dikuatkan.

Memandang Yesus
Kita menemukan jalan ketiga untuk dikuatkan di dalam iman kita, dalam Ibrani 12:2:

Mata yang tertuju kepada Yesus, Pemula dan Penyempurna iman kita.”

Alih-alih terbenam di dalam pikiran kita di mana ada keragu-raguan, dengan tinggal di dalam perkara yang semakin sulit dalam kehidupan kita, kita dapat memalingkan pandangan kita dari perkara itu dan memandang Yesus Sang Pemula dan Penyempurna iman kita, yang hari ini ada di dalam roh kita.

Melalui memalingkan pandangan kita dari semua hal ini kepada Tuhan Yesus, Dia memenuhi kita dengan iman.

Catatan kaki 2 mengenai “mata yang tertuju” dalam Ibrani 12:2 memberi tahu kita:

“Yesus yang ajaib telah duduk di takhta di surga dan telah dimahkotai dengan kemuliaan dan kehormatan (2:9); Dia adalah daya tarik terbesar dalam alam semesta, seperti sebuah magnet yang sangat besar, menarik semua pencari-Nya kepada Dia. Karena ditarik oleh keelokan-Nya yang mempesona, maka kita berpaling dari segala hal lain di luar Dia. Tanpa objek yang sedemikian mempesona, bagaimana kita dapat berpaling dari begitu banyak hal yang menyesatkan di bumi ini?”

Ketika kita memandang Yesus, Ia memenuhi kita dengan iman. Catatan kaki ketiga dari ayat ini memberi tahu kita bagaimana hal ini terjadi:

“Ketika kita memandang Yesus, Dia sebagai Roh-pemberi hayat menginfus kita dengan diri-Nya dengan unsur percaya-Nya. Lalu, dengan spontan, wujud percaya itu bangkit di dalam diri kita, dan kita memiliki iman untuk percaya ke dalam-Nya. Iman kita bukan dari kita, melainkan dari Dia yang telah memberikan diri-Nya sebagai unsur percaya ke dalam kita di mana Dia dapat percaya untuk kita. Dengan demikian, diri-Nya sendiri adalah iman kita. Kita hidup oleh Dia sebagai iman kita, yaitu kita hidup oleh iman-Nya bukan diri kita.“

Dengan melatih roh kita untuk berkontak dengan Tuhan di dalam roh kita, kita mengarahkan pandangan kita kepada Yesus dan memandang wajah-Nya yang penuh mulia seperti yang dikatakan sebuah kidung klasik kristiani.

Pan-dang-lah pa-da Ye-sus!

Ta-tap-lah wa-jah-Nya s’la-lu!

I-si du-ni-a se-ge-ra lun-tur,

o-leh si-nar ke-mu-lia-an-Nya.

Ketika kita melatih roh kita untuk memandang Yesus, semua lingkungan kita, kekhawatiran kita, keragu-raguan kita, dan ketakutan kita akan luntur dan kita dikuatkan dalam iman kita untuk menempuh kehidupan kristiani.