Kehidupan Kristen | 17 November 2023
Apa Artinya Mengasihi Tuhan dengan Segenap Hatimu
Apa artinya mengasihi Tuhan dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi, dan segenap kekuatan kita? Apakah kita memiliki kemampuan untuk mengasihi Dia dengan segenap keberadaan kita seperti ini?
Dalam postingan ini, kita akan membahas secara singkat apa artinya mengasihi Allah dengan segenap jiwa dan raga kita dengan menggunakan ayat-ayat dan catatan-catatan dari Perjanjian Baru dengan Catatan Kaki Versi Pemulihan.
Tuhan sangat menyadari bahwa kita tidak mampu mengasihi Dia sendirian. Kita perlu menyadari bahwa ketika Tuhan membuat suatu permintaan, Dia bermaksud untuk memenuhi permintaan tersebut bagi kita. Jadi dalam 1 Yohanes 4:19 kita dapat melihat bahwa kasih kita kepada Allah berasal dari Allah sendiri:
Catatan 1 dalam ayat ini dalam Perjanjian Baru dengan Catatan Kaki Versi Pemulihan mengatakan:
Allah adalah sumber sebenarnya dari kasih kita kepada-Nya. Dia mengasihi kita terlebih dahulu, dan Dia menanamkan kasih-Nya kepada kita. Menanamkan berarti mengisi, meresapi, bahkan merendam. Kita sedang dibasahi dengan kasih Allah! Kasih Allah yang ada di dalam diri kita adalah kasih yang dengannya kita dapat mengasihi Dia sebagai balasannya.
Kasih bukanlah sekadar perasaan. Allah adalah kasih. Allah mengasihi kita dan menjadi seorang manusia bernama Yesus Kristus. Dia menunjukkan kasih-Nya kepada kita dengan cara yang sempurna dengan mati di kayu salib. Tidak heran ketika kita mendengar Injil Yesus Kristus, hati kita merespons kasih-Nya, dan kita terbuka untuk menerima Dia sebagai Juru Selamat kita. Sejak hari itu, kita mulai mengasihi Tuhan dengan kasih yang Dia tanamkan ke dalam diri kita.
Ketika kita menikmati kasih Tuhan, kita akan semakin mengasihi-Nya.
Emosi kita adalah bagian dari hati kita, tetapi hati kita juga mencakup pikiran, tekad, dan hati nurani kita. Perasaan, pikiran, keputusan, dan rasa bersalah yang kita rasakan ketika kita melakukan sesuatu yang salah, semuanya muncul dari hati kita.
Allah adalah Allah yang penuh kasih, dan Dia menciptakan kita dengan hati agar kita dapat mengasihi-Nya secara utuh dan mutlak. Namun dalam pengalaman kita, kita tahu bahwa hati kita mengasihi banyak hal selain Allah.
Jadi apa yang harus kita lakukan? Mencoba untuk tidak mengasihi hal-hal itu tidak akan berhasil. Tetapi Rasul Paulus menuliskan kata-kata yang meyakinkan ini dalam 2 Korintus 3:15-16:
Ketika hati kita berpaling dari Tuhan dan tertuju kepada hal-hal seperti dosa, keasyikan yang mementingkan diri sendiri, dan kesenangan duniawi, hati kita akan terselubung. Kita tidak dapat melihat Tuhan.
Tetapi ketika kita memalingkan hati kita kepada-Nya, selubung itu tersingkap, dan kita dapat melihat Tuhan lagi. Kita melihat keindahan-Nya, kebajikan-Nya, dan betapa indahnya Dia. Kemudian Dia menanamkan diri-Nya lebih banyak lagi, termasuk kasih, ke dalam diri kita. Dengan cara ini, kasih kita kepada-Nya bertumbuh.
Kita dapat memalingkan hati kita kepada Tuhan Yesus setiap saat dengan berdoa kepada-Nya, memanggil nama-Nya, mengakui dosa-dosa kita kepada-Nya, dan meluangkan waktu untuk membaca Firman-Nya. Praktik-praktik sederhana ini dapat menyingkirkan selubung dari hati kita, memulihkan persekutuan kita dengan Tuhan, dan menyalakan kembali kasih kita kepada-Nya.
Tetapi ketika kita menyerahkan hati kita kepada Tuhan, kasih kita kepada-Nya bertumbuh. Ketika Dia menanamkan diri-Nya ke dalam diri kita, pikiran-Nya menjadi pikiran kita, perasaan-Nya menjadi perasaan kita, dan keputusan-Nya menjadi keputusan kita.
Saat Dia melakukan pekerjaan-Nya yang mengubahkan di dalam diri kita, kita secara spontan mulai mengekspresikan Tuhan dan memuliakan Dia. Orang lain akan melihat Kristus dinyatakan di dalam diri kita ketika kita mengasihi Dia dengan segenap jiwa kita.
Roma 8:6 mengatakan:
Salah satu cara untuk mengarahkan pikiran kita kepada roh adalah dengan membaca Alkitab. Firman Allah menyatakan siapa Kristus kepada kita. Ketika kita menggunakan pikiran kita untuk membaca Firman, kita akan melihat lebih banyak lagi tentang betapa berharganya Tuhan. Sebagai contoh, ketika kita membaca dalam keempat Injil tentang kehidupan yang dijalani Tuhan Yesus, firman hayat yang diucapkan-Nya, dan bagaimana Dia peduli terhadap semua jenis orang, kita dipenuhi dengan penghargaan kepada-Nya. Semakin kita memikirkan Dia, kita makin mengasihi-Nya.
Ketika kasih kepada Tuhan memenuhi hati dan jiwa kita, bahkan tindakan lahiriah tubuh kita pun akan terpengaruh. Sikap kita terhadap hal-hal yang biasanya menyita waktu, minat, dan energi kita juga akan berubah. Kita mengasihi Tuhan dan menginginkan lebih banyak lagi dari-Nya. Jadi, bahkan kekuatan fisik kita, yaitu waktu dan energi kita, akan dihabiskan untuk mengejar Kristus.
Kita juga dapat berdoa, “Tuhan Yesus, buatlah saya lebih mengasihi-Mu hari ini daripada kemarin. Saya ingin mengasihi Engkau dengan seluruh apa adanya diri saya.” Dia pasti akan menjawab doa seperti itu.
Untuk membaca lebih lanjut tentang topik kita, kami sangat merekomendasikan bab 8, “Membereskan Hati dan Roh” dalam buku Ekonomi Allah. Anda dapat mengunduh buku ini secara gratis di sini.
Anda juga dapat membaca lebih banyak catatan tentang ayat-ayat yang dikutip dalam postingan ini dalam Perjanjian Baru dengan Catatan Kaki Versi Pemulihan, yang dapat Anda peroleh secara gratis di sini jika Anda tinggal di Indonesia.
Dalam postingan ini, kita akan membahas secara singkat apa artinya mengasihi Allah dengan segenap jiwa dan raga kita dengan menggunakan ayat-ayat dan catatan-catatan dari Perjanjian Baru dengan Catatan Kaki Versi Pemulihan.
Sumber kasih kita kepada Allah
Kita harus mengakui bahwa meskipun kita mengasihi Allah sampai batas tertentu, Dia bukanlah satu-satunya yang kita kasihi, dan terkadang Dia bukanlah yang paling kita kasihi. Banyak hal lain yang menarik hati kita. Jadi, bagaimana kita dapat menaati perintah Tuhan untuk mengasihi Dia dengan segenap hati kita?
Tuhan sangat menyadari bahwa kita tidak mampu mengasihi Dia sendirian. Kita perlu menyadari bahwa ketika Tuhan membuat suatu permintaan, Dia bermaksud untuk memenuhi permintaan tersebut bagi kita. Jadi dalam 1 Yohanes 4:19 kita dapat melihat bahwa kasih kita kepada Allah berasal dari Allah sendiri:
“Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.”
Catatan 1 dalam ayat ini dalam Perjanjian Baru dengan Catatan Kaki Versi Pemulihan mengatakan:
“Allah mengasihi kita lebih dulu dalam hal Dia menginfus kita dengan kasih-Nya, bahkan menghasilkan kasih dalarn diri kita. Dengan kasih inilah kita mengasihi Allah dan saudara-saudara (ayat 20-21).”
Allah adalah sumber sebenarnya dari kasih kita kepada-Nya. Dia mengasihi kita terlebih dahulu, dan Dia menanamkan kasih-Nya kepada kita. Menanamkan berarti mengisi, meresapi, bahkan merendam. Kita sedang dibasahi dengan kasih Allah! Kasih Allah yang ada di dalam diri kita adalah kasih yang dengannya kita dapat mengasihi Dia sebagai balasannya.
Kasih bukanlah sekadar perasaan. Allah adalah kasih. Allah mengasihi kita dan menjadi seorang manusia bernama Yesus Kristus. Dia menunjukkan kasih-Nya kepada kita dengan cara yang sempurna dengan mati di kayu salib. Tidak heran ketika kita mendengar Injil Yesus Kristus, hati kita merespons kasih-Nya, dan kita terbuka untuk menerima Dia sebagai Juru Selamat kita. Sejak hari itu, kita mulai mengasihi Tuhan dengan kasih yang Dia tanamkan ke dalam diri kita.
Ketika kita menikmati kasih Tuhan, kita akan semakin mengasihi-Nya.
Mengasihi Allah dengan segenap hati kita
Mengasihi Tuhan dengan segenap jiwa dan raga kita dimulai dari hati kita. Dalam postingan sebelumnya, kita telah membahas tentang apa itu hati menurut Alkitab. Kita mungkin berpikir bahwa hati kita hanyalah tempat penyimpanan emosi kita. Tetapi kita dapat melihat dari Alkitab bahwa hati kita lebih dari itu.
Emosi kita adalah bagian dari hati kita, tetapi hati kita juga mencakup pikiran, tekad, dan hati nurani kita. Perasaan, pikiran, keputusan, dan rasa bersalah yang kita rasakan ketika kita melakukan sesuatu yang salah, semuanya muncul dari hati kita.
Allah adalah Allah yang penuh kasih, dan Dia menciptakan kita dengan hati agar kita dapat mengasihi-Nya secara utuh dan mutlak. Namun dalam pengalaman kita, kita tahu bahwa hati kita mengasihi banyak hal selain Allah.
Jadi apa yang harus kita lakukan? Mencoba untuk tidak mengasihi hal-hal itu tidak akan berhasil. Tetapi Rasul Paulus menuliskan kata-kata yang meyakinkan ini dalam 2 Korintus 3:15-16:
“Ada selubung yang menutupi hati mereka. Tetapi apabila hati seseorang berbalik kepada Tuhan, maka selubung itu diambil dari orang itu.”
Ketika hati kita berpaling dari Tuhan dan tertuju kepada hal-hal seperti dosa, keasyikan yang mementingkan diri sendiri, dan kesenangan duniawi, hati kita akan terselubung. Kita tidak dapat melihat Tuhan.
Tetapi ketika kita memalingkan hati kita kepada-Nya, selubung itu tersingkap, dan kita dapat melihat Tuhan lagi. Kita melihat keindahan-Nya, kebajikan-Nya, dan betapa indahnya Dia. Kemudian Dia menanamkan diri-Nya lebih banyak lagi, termasuk kasih, ke dalam diri kita. Dengan cara ini, kasih kita kepada-Nya bertumbuh.
Kita dapat memalingkan hati kita kepada Tuhan Yesus setiap saat dengan berdoa kepada-Nya, memanggil nama-Nya, mengakui dosa-dosa kita kepada-Nya, dan meluangkan waktu untuk membaca Firman-Nya. Praktik-praktik sederhana ini dapat menyingkirkan selubung dari hati kita, memulihkan persekutuan kita dengan Tuhan, dan menyalakan kembali kasih kita kepada-Nya.
Mengasihi Allah dengan segenap jiwa kita
Jiwa kita terdiri dari pikiran, emosi, dan tekad kita, sehingga jiwa kita adalah bagian yang sangat besar dari hati kita. Tuhan menciptakan jiwa kita agar kita dapat mengekspresikan Dia, tetapi karena kejatuhan manusia, kita mengekspresikan diri kita sendiri. Kita memiliki pendapat, perasaan, dan keputusan kita sendiri yang tidak bergantung pada Tuhan.
Tetapi ketika kita menyerahkan hati kita kepada Tuhan, kasih kita kepada-Nya bertumbuh. Ketika Dia menanamkan diri-Nya ke dalam diri kita, pikiran-Nya menjadi pikiran kita, perasaan-Nya menjadi perasaan kita, dan keputusan-Nya menjadi keputusan kita.
Saat Dia melakukan pekerjaan-Nya yang mengubahkan di dalam diri kita, kita secara spontan mulai mengekspresikan Tuhan dan memuliakan Dia. Orang lain akan melihat Kristus dinyatakan di dalam diri kita ketika kita mengasihi Dia dengan segenap jiwa kita.
Mengasihi Allah dengan segenap pikiran kita
Pikiran kita adalah bagian terdepan dari jiwa kita. Pikiran mengarahkan seluruh keberadaan kita dan mempengaruhi apa yang kita sukai dan apa yang kita pilih. Pikiran kita dapat diarahkan kepada banyak hal. Tetapi Allah ingin pikiran kita tertuju kepada roh, di mana Kristus berada.
Roma 8:6 mengatakan:
“Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera.”
Ketika kita mengarahkan pikiran kita kepada daging atau hal-hal kedagingan, kita merasa tidak bernyawa dan tidak tenang karena roh kita berpaling dari Kristus. Tetapi ketika kita mengarahkan pikiran kita kepada roh kita, kita merasa damai dan penuh dengan kehidupan. Dengan mengarahkan pikiran kita kepada roh kita, seluruh keberadaan kita terfokus kepada Allah.
Salah satu cara untuk mengarahkan pikiran kita kepada roh adalah dengan membaca Alkitab. Firman Allah menyatakan siapa Kristus kepada kita. Ketika kita menggunakan pikiran kita untuk membaca Firman, kita akan melihat lebih banyak lagi tentang betapa berharganya Tuhan. Sebagai contoh, ketika kita membaca dalam keempat Injil tentang kehidupan yang dijalani Tuhan Yesus, firman hayat yang diucapkan-Nya, dan bagaimana Dia peduli terhadap semua jenis orang, kita dipenuhi dengan penghargaan kepada-Nya. Semakin kita memikirkan Dia, kita makin mengasihi-Nya.
Mengasihi Allah dengan segenap kekuatan kita
Seluruh kekuatan kita mengacu kepada kekuatan fisik tubuh kita. Ketika kita mengarahkan hati kita kepada Tuhan dan mengarahkan pikiran kita kepada-Nya, tubuh kita akan mengikutinya.
Ketika kasih kepada Tuhan memenuhi hati dan jiwa kita, bahkan tindakan lahiriah tubuh kita pun akan terpengaruh. Sikap kita terhadap hal-hal yang biasanya menyita waktu, minat, dan energi kita juga akan berubah. Kita mengasihi Tuhan dan menginginkan lebih banyak lagi dari-Nya. Jadi, bahkan kekuatan fisik kita, yaitu waktu dan energi kita, akan dihabiskan untuk mengejar Kristus.
Mengasihi Tuhan dengan seluruh apa adanya kita dimulai hari ini
Mengasihi Tuhan dengan segenap jiwa dan raga adalah sebuah latihan. Kita tidak selalu bangun di pagi hari dengan hati yang condong kepada Tuhan. Tetapi kita dapat memulai hari dengan mengarahkan hati kita kepada Tuhan Yesus yang terkasih. Kita dapat berkata, “Tuhan Yesus, saya mengarahkan hati saya kepada-Mu pagi ini. Saya mengasihi Engkau!” Kita dapat mengatakan kepada Tuhan bahwa kita mengasihi Dia setiap hari.
Kita juga dapat berdoa, “Tuhan Yesus, buatlah saya lebih mengasihi-Mu hari ini daripada kemarin. Saya ingin mengasihi Engkau dengan seluruh apa adanya diri saya.” Dia pasti akan menjawab doa seperti itu.
Untuk membaca lebih lanjut tentang topik kita, kami sangat merekomendasikan bab 8, “Membereskan Hati dan Roh” dalam buku Ekonomi Allah. Anda dapat mengunduh buku ini secara gratis di sini.
Anda juga dapat membaca lebih banyak catatan tentang ayat-ayat yang dikutip dalam postingan ini dalam Perjanjian Baru dengan Catatan Kaki Versi Pemulihan, yang dapat Anda peroleh secara gratis di sini jika Anda tinggal di Indonesia.
Post Views: 322