Kehidupan Kristen | 22 September 2023
Apa yang Dapat Kita Pelajari dari Kisah Orang Majus tentang Mengenal Yesus?
        
Anda mungkin sudah akrab dengan cerita dalam Matius 2 tentang orang majus yang datang untuk menyembah Yesus setelah Dia lahir di Betlehem.

Namun pernahkah Anda berpikir bahwa kisah ini berkaitan dengan kehidupan Kristen kita? Mari kita lihat Matius 2:1-6 beserta catatan versi pemulihan dalam Alkitab Perjanjian Baru untuk mengetahui relevansinya bagi kita saat ini.

Orang majus dari timur
Matius 2:1-2 mengatakan:

“Sesudah Yesus dilahirkan di Bethlehem di tanah Yudea pada zaman Raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem dan bertanya-tanya, “Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia.”

Orang majus bukanlah orang Yahudi, dan mereka juga bukan berasal dari Israel. Mereka adalah orang-orang kafir dari timur, di mana sebuah bintang terang telah muncul di hadapan mereka. Dipandu oleh bintang itu, mereka meninggalkan tanah kediaman mereka dan melakukan perjalanan jauh ke Yerusalem.

Catatan 2 tentang bintang dalam Alkitab Perjanjian Baru dengan catatan Versi Pemulihan menjelaskan apa yang membuat mereka melakukan perjalanan sejauh ini:

“Orang-orang Yahudi memiliki Alkitab yang membicarakan Kristus. Orang-orang majus dari Timur melihat bintang Kristus (Bil. 24:17). Orang-orang Yahudi memiliki pengetahuan mental dalam huruf-huruf yang mati mengenai Kristus, sedangkan orang-orang majus menerima visi yang hidup mengenai Dia.”

Orang majus kafir ini tidak memiliki atau mengenal Alkitab. Namun mereka mempunyai visi yang hidup mengenai Kristus yang menyebabkan mereka mencari Dia sehingga mereka dapat berjumpa Dia dan menyembah Dia.

Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat di Yerusalem
Ceritanya berlanjut di ayat 3-6:

“Ketika raja Herodes mendengar hal ini, terkejutlah dia beserta seluruh Yerusalem. Lalu dikumpulkannya semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, kemudian dimintanya keterangan dari mereka, di mana Mesias akan dilahirkan. Mereka berkata kepadanya, Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada tertulis dalam kitab nabi: ‘Dan engkau, Betlehem, tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara para mereka yang memerintah Yehuda; karena dari engkaulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umat-Ku Israel.’”

Berbeda dengan orang majus, para imam kepala dan ahli Taurat Yahudi di Yerusalem memiliki Kitab Suci Perjanjian Lama dan mengetahuinya dengan baik. Mereka bahkan mengetahui nubuat mengenai kelahiran Juruselamat, termasuk di mana Dia akan dilahirkan.

Namun setelah para imam dan ahli Taurat memberikan informasi akurat kepada Raja Herodes tentang kelahiran Kristus di Betlehem, mereka tetap tinggal di Yerusalem. Mereka tidak melakukan perjalanan yang dekat dari Yerusalem ke Betlehem untuk melihat sendiri Penguasa yang baru lahir, apalagi menyembah Dia. Mengapa demikian?

Catatan 1 ayat 4 dalam Alkitab Perjanjian Baru dengan catatan Versi Pemulihan menjelaskan:

“Imam adalah orang yang mengajarkan hukum Taurat kepada umat (Mal. 2:7), dan ahli Taurat adalah mereka yang mengetahui Alkitab (Ezra 7:6). Imam dan ahli Taurat tahu tentang kelahiran Kristus (ay.5-6), tetapi mereka tidak nampak visi dan juga tidak berminat mencari Kristus, tidak seperti orang-orang majus dari Timur.”

Para imam dan ahli Taurat tidak bergeming karena mereka puas hanya dengan pengetahuan tentang kelahiran Kristus. Mereka tidak termotivasi untuk mencari Pribadi yang dinubuatkan dalam Kitab Suci.

Kita membutuhkan pengetahuan kitab suci yang tepat dan pengalaman subyektif akan Yesus
Karena Kitab Suci adalah landasan kehidupan Kristen kita, kita mutlak perlu membaca dan mengetahui Firman Allah. Firman Allah memberi kesaksian kepada kita mengenai Tuhan Yesus Kristus. Dan kita juga telah melihat bahwa Firman memberi kita makan, memandikan kita, dan mendidik kita.

Faktanya, orang majus pergi ke Yerusalem karena mereka salah berasumsi bahwa Raja akan lahir di ibu kota. Kitab Suci mendidik dan mengoreksi mereka, menyebabkan mereka pergi dari Yerusalem ke Betlehem. Ketika mereka tiba, mereka secara pribadi melihat Tuhan yang mereka cari, dan mereka tersungkur dan menyembah Dia.

Sementara itu, para imam kepala dan ahli Taurat, yang terdidik dalam Kitab Suci, merasa puas dengan pengetahuan mereka. Mereka tidak mempunyai hati untuk datang kepada-Nya. Mereka benar-benar kehilangan kesempatan melihat Yesus, penggenapan yang hidup dari semua nubuat dalam Kitab Suci.

Dari sini, kita dapat melihat bahwa meskipun kita memerlukan pengetahuan yang tepat tentang Alkitab untuk mendaratkan dan mendidik kita tentang Tuhan Yesus, hal itu tidaklah cukup. Kita harus maju dari sekadar mengetahui tentang Yesus secara obyektif sampai mengalami Yesus secara subyektif. Kita harus terus maju untuk berkontak dengan Tuhan secara pribadi. Kita tidak ingin ketinggalan kesempatan mengalami Tuhan sendiri.

Contoh yang Praktis
Misalnya, dalam pembacaan Alkitab, kita membaca Yohanes 6:48, di mana Tuhan Yesus berkata, “Akulah roti kehidupan.” Kita memahami bahwa Tuhan menyatakan diri-Nya sebagai roti hayat, dan sebagai roti hidup yang turun dari surga dalam ayat 51.

Apakah kita puas hanya dengan pemahaman mental akan kata-kata ini? Ataukah kita ingin mengalami Yesus menjadi roti hayat kita? Pengetahuan tentang Yesus sebagai roti hayat saja bukanlah sesuatu yang memberi kita makan; itu adalah Tuhan sendiri sebagai roti yang hidup. Jadi kita harus datang kepada-Nya dan berkontak denganDia dalam roh kita untuk mengambil bagian dalam Dia. Kemudian kita akan secara subyektif mengalami Yesus menjadi roti hayat bagi kita, memberi makan kita dan memuaskan rasa lapar batin kita.

Tuhan ingin kita mengalami Dia menjadi segalanya bagi kita. Dia mati untuk kita, bangkit, dan menjadi Roh pemberi hayat sehingga Dia dapat masuk ke dalam kita dan hidup di dalam kita. Karena Dia ada di dalam kita, kita dapat mengenal Dia secara subyektif. Seperti orang majus yang berusaha keras mencari Tuhan, mari kita lebih dari sekadar membaca tentang Tuhan dalam Alkitab, tetapi juga mengontaki Dia dalam roh kita.

Kita bisa berdoa sederhana seperti ini:

“Tuhan, jangan biarkan aku puas hanya dengan mengenal tentangMu. Aku ingin mengalami diri-Mu secara pribadi dan hidup. Tuhan Yesus, berilah aku hati untuk selalu mencari Engkau dan datang kepadaMu. Amin.”

Jika Anda tinggal di Indonesia, Anda dapat memesan sebuah salinan Alkitab Perjanjian Baru dengan Catatan Kaki Versi Pemulihan di sini .