Kehidupan Kristen | 19 Januari 2024
Masuk Ke Dalam Suplai Kuat Kuasa Untuk Kehidupan Kristiani Kita
Pada suatu kali, mungkin kita semua melirik ponsel kita dan menemukan bahwa baterainya berada di zona merah. Daya baterai ponsel ini sangat kecil sehingga bisa saja habis sama sekali ketika kita sedang melakukan panggilan penting, atau menyebabkan kita melewatkan email atau pesan penting.
Sering kali, kehidupan Kristen kita terlihat seperti berada di “zona merah”. Tuntutan hidup sehari-hari, keluarga, pekerjaan, dan kesulitan keuangan yang tiada habisnya membuat kita lelah. Selain itu, kita putus asa karena dosa dan kegagalan kita, dan kita merasa tidak berdaya untuk mengikuti Tuhan. Sepertinya kita hampir tidak punya cukup “jus” untuk menghadapi segala hal dalam hidup kita. Kita selalu berada dalam kondisi “baterai lemah”, dan hampir kehabisan daya.
Merasa lelah dan lemah menandakan bahwa kita membutuhkan lebih banyak kekuatan spiritual. Tapi bagaimana kita mendapatkannya?
Dalam postingan kali ini, kita akan membaca beberapa ayat dalam Kitab Filipi dan Efesus, beserta catatan mendalam dari Perjanjian Baru dengan Catatan Kaki Versi Pemulihan untuk menemukan sumber kekuatan bagi kehidupan Kristen kita.
Dalam setiap pasal pada kitab ini, Paulus berbicara mengenai sukacita:
Ini bukan sekadar ucapan-ucapan Paulus yang dangkal dan penuh semangat. Kita segera memahami hal ini ketika kita menyadari keadaan Paulus pada saat dia menulis surat ini. Dia tidak berada dalam lingkungan yang nyaman dan tenteram; dia adalah seorang tahanan di Roma. Meskipun situasinya begitu sulit, dia berkali-kali menyatakan bahwa dia bersukacita, dan dia mendorong jemaat di Filipi untuk bersukacita juga di dalam Tuhan.
Tentu saja, pemikiran positif sebesar apa pun tidak dapat membuat Paulus bersukacita dalam situasi penderitaan seperti itu. Namun dalam lingkungan yang paling sulit itu, entah bagaimana Paulus dipenuhi dengan sukacita.
Bagaimana mungkin? Dalam Filipi 4:13, Paulus berkata:
Paulus tidak berbicara secara teoritis. Ini adalah kesaksiannya, pengalamannya yang riil. Dia dapat melakukan segala hal (termasuk bersukacita dalam Tuhan ketika ia ditahan di dalam penjara) dalam Kristus yang menguatkannya. Sukacita Paulus merupakan manifestasi dari kekuatan Kristus yang ada dalam dirinya.
Mari kita baca catatan kaki dari Filipi 4:13 catatan kedua:
Paulus dapat bersukacita pada saat itu karena ada Kristus yang menguatkannya dan membuat batinnya secara langsung bersukacita. Hasilnya, alih-alih tertindas dan tertekan oleh keadaan, Paulus justru bersukacita.
Namun untuk bersukacita, terutama di lingkungan yang sulit, membutuhkan kekuatan.
Jadi bagaimana kita bisa dikuatkan sama seperti Paulus untuk menjalani kehidupan yang penuh sukacita?
Dalam Efesus 1:17-23, Paulus berdoa agar kaum beriman mengetahui empat hal rohani yang penting. Salah satunya adalah betapa hebat kuasa-Nya, sebagaimana ditulis dalam ayat 19:
Catatan kaki satu pada kata “kuasa” dalam ayat 19 mengatakan:
Kuasa ini tidak bersifat objektif bagi kita. Tuhan bermaksud agar kita mengetahui dan mengalami kuasa tersebut hari ini dan setiap hari.
Kristus adalah Kepala, dan kita yang percaya adalah Tubuh-Nya. Dengan cara inilah kita dapat berpartisipasi dalam kuasa yang bekerja di dalam Kristus Sang Kepala.
Efesus 1:19-22 menggambarkan bagaimana Allah membuat kuasa ini bekerja di dalam Kristus. Hal ini bekerja di dalam Kristus untuk membangkitkan Dia dari kematian, mendudukkan Dia di surga, menundukkan segala sesuatu di bawah kaki-Nya, dan menjadikan Dia Kepala atas segala sesuatu bagi gereja.
Tidak heran Paulus menyebut hal ini sebagai kuasa yang luar biasa besarnya.
Paulus berkata di ayat 19 bahwa kuasa ini ditujukan “bagi kita yang percaya.” Kemudian di ayat 22, dia mengatakan bahwa Kristus telah diberikan-Nya “kepada Jemaat (Gereja)” sebagai Kepala dari segala yang ada.
Catatan kaki 3 pada Efesus 1:22 menjelaskan pentingnya dua frasa ini bagi kita yang percaya dan kepada jemaat (gereja):
Keunggulan kuasa yang dapat menang dari segala hal negatif dan meninggikan Kristus ke surga disalurkan kepada gereja, Tubuh-Nya. Kuasa ini, yang mencakup semua yang telah diwariskan oleh Allah Tritunggal, telah dipasang di dalam diri kita yang percaya dan terus-menerus disalurkan ke dalam diri kita! Jadi kita tidak perlu memohon kuasa; itu sudah ada dalam diri kita. Mengenal kuasa ini adalah hal yang luar biasa.
Namun sekadar mengetahui tentang kuasa itu, dan bahkan mengetahui bahwa kuasa itu telah tertanam dalam diri kita, tidak akan memberikan banyak manfaat bagi kita. Agar kita dapat benar-benar merasakan kuasa yang telah tertanam dalam diri kita, diperlukan satu hal lagi: kita perlu memanfaatkannya.
Demikian pula, kita tidak dirancang untuk bekerja dengan kekuatan kita sendiri. Kristus ingin menjadi sumber kekuatan bagi kita untuk melakukan segala sesuatu. Dan dalam kasus kita, kuasa ilahi tidak hanya ada di dekat kita; itu ada di dalam kita, selalu tersedia bagi kita. Namun untuk mengalami transmisi kuasa yang luar biasa besarnya itu, kita perlu “terhubung dengan” Kristus sebagai sumber kita.
Karena keunggulan kuasa Allah telah terpasang dalam diri kita, maka bukanlah persoalan meminta Tuhan memberi kita kuasa yang lebih besar. Kita hanya perlu mengontak Dia secara teratur untuk mengalami transmisi diri-Nya sebagai kuasa kepada kita.
Jadi kita perlu meluangkan waktu bersama Tuhan Yesus, terutama di pagi hari, untuk “menyambungkan tenaga”. Pada saat-saat seperti itu, ketika kita membuka diri kepada-Nya dalam doa, membaca Firman-Nya, dan bahkan berdoa dengan Firman-Nya, Kristus memberikan lebih banyak hayat ilahi-Nya ke dalam kita. Inilah cara kita dikuatkan di dalam Kristus dan dimampukan untuk melakukan segala sesuatu di dalam Dia.
Dan kita dapat dikuatkan melalui berseru kepada nama Tuhan Yesus. Ini adalah cara sederhana untuk berpaling kepada Tuhan dalam roh kita dan langsung memanfaatkan transmisi kuasa ilahi yang tak terkalahkan ini. Kita dapat menikmati “pengisian” cepat kapan saja, di mana saja, dengan berseru kepada nama Tuhan. Kita juga dapat menyambungkan dan mengontak Tuhan dengan bernyanyi dan berdoa singkat. Jika kita rutin melakukan hal ini, keluh kesah kita akan berubah menjadi sukacita di dalam Tuhan.
Ketika batin kita menjadi dinamis, tidak ada sesuatu pun di dunia ini yang akan melemahkan atau menindas kita. Alih-alih pasrah, kita akan dikuatkan untuk menjalani hidup yang penuh sukacita, apa pun kondisinya, mampu melakukan segala sesuatu di dalam Dia yang memampukan kita. Jika Anda tinggal di Indonesia, Anda dapat memesan salinan gratis Perjanjian Baru dengan Catatan Kaki Versi Pemulihan di sini untuk membaca semua catatan pada ayat-ayat yang kami kutip dalam postingan ini.
Sering kali, kehidupan Kristen kita terlihat seperti berada di “zona merah”. Tuntutan hidup sehari-hari, keluarga, pekerjaan, dan kesulitan keuangan yang tiada habisnya membuat kita lelah. Selain itu, kita putus asa karena dosa dan kegagalan kita, dan kita merasa tidak berdaya untuk mengikuti Tuhan. Sepertinya kita hampir tidak punya cukup “jus” untuk menghadapi segala hal dalam hidup kita. Kita selalu berada dalam kondisi “baterai lemah”, dan hampir kehabisan daya.
Merasa lelah dan lemah menandakan bahwa kita membutuhkan lebih banyak kekuatan spiritual. Tapi bagaimana kita mendapatkannya?
Dalam postingan kali ini, kita akan membaca beberapa ayat dalam Kitab Filipi dan Efesus, beserta catatan mendalam dari Perjanjian Baru dengan Catatan Kaki Versi Pemulihan untuk menemukan sumber kekuatan bagi kehidupan Kristen kita.
Pengalaman Paulus yang Tertulis dalam Kitab Filipi
Mari kita lihat terlebih dahulu Kitab Filipi. Kitab ini ditulis oleh rasul Paulus kepada jemaat di Filipi.
Dalam setiap pasal pada kitab ini, Paulus berbicara mengenai sukacita:
1:18—“Tetapi tidak mengapa, sebab bagaimanapun juga, Kristus diberitakan, baik dengan maksud palsu maupun dengan jujur. Dalam hal itu aku bersukacita. Dan aku akan tetap bersukacita ,”
2:17—“Tetapi sekalipun darahku dicurahkan pada kurban dan ibadah imanmu, aku bersukacita dan aku bersukacita dengan kamu sekalian.”
3:1—“Akhirnya, Saudara-saudaraku, bersukacitalah dalam Tuhan.”
4:4—“Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!”
2:17—“Tetapi sekalipun darahku dicurahkan pada kurban dan ibadah imanmu, aku bersukacita dan aku bersukacita dengan kamu sekalian.”
3:1—“Akhirnya, Saudara-saudaraku, bersukacitalah dalam Tuhan.”
4:4—“Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!”
Ini bukan sekadar ucapan-ucapan Paulus yang dangkal dan penuh semangat. Kita segera memahami hal ini ketika kita menyadari keadaan Paulus pada saat dia menulis surat ini. Dia tidak berada dalam lingkungan yang nyaman dan tenteram; dia adalah seorang tahanan di Roma. Meskipun situasinya begitu sulit, dia berkali-kali menyatakan bahwa dia bersukacita, dan dia mendorong jemaat di Filipi untuk bersukacita juga di dalam Tuhan.
Tentu saja, pemikiran positif sebesar apa pun tidak dapat membuat Paulus bersukacita dalam situasi penderitaan seperti itu. Namun dalam lingkungan yang paling sulit itu, entah bagaimana Paulus dipenuhi dengan sukacita.
Bagaimana mungkin? Dalam Filipi 4:13, Paulus berkata:
“Segala hal dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.”
Paulus tidak berbicara secara teoritis. Ini adalah kesaksiannya, pengalamannya yang riil. Dia dapat melakukan segala hal (termasuk bersukacita dalam Tuhan ketika ia ditahan di dalam penjara) dalam Kristus yang menguatkannya. Sukacita Paulus merupakan manifestasi dari kekuatan Kristus yang ada dalam dirinya.
Mari kita baca catatan kaki dari Filipi 4:13 catatan kedua:
“Istilah Yunani yang berarti menjadikan dinamis dari dalam. Kristus tinggal di dalam kita (Kol. 1:27). Dia menguatkan kita, membuat kita dinamis dari dalam, bukan dari luar. Dengan penguatan dari dalam semacam itu, Paulus mampu melakukan segala hal dalam Kristus.”
Paulus dapat bersukacita pada saat itu karena ada Kristus yang menguatkannya dan membuat batinnya secara langsung bersukacita. Hasilnya, alih-alih tertindas dan tertekan oleh keadaan, Paulus justru bersukacita.
Untuk Bersukacita Dibutuhkan Kekuatan
Kita tahu dari pengalaman bahwa tidak diperlukan banyak tenaga atau usaha untuk menggerutu tentang situasi yang tidak menyenangkan. Mengeluh tentang lingkungan kita menjadi hal yang mudah bagi kita. Dan semakin banyak kita mengeluh, semakin rendahlah kita.
Namun untuk bersukacita, terutama di lingkungan yang sulit, membutuhkan kekuatan.
Jadi bagaimana kita bisa dikuatkan sama seperti Paulus untuk menjalani kehidupan yang penuh sukacita?
Doa Paulus untuk Kita
Jika kita tidak tahu bahwa kekuatan seperti itu ada, kita tentu tidak akan tahu bagaimana cara merasakannya dalam hidup kita.
Dalam Efesus 1:17-23, Paulus berdoa agar kaum beriman mengetahui empat hal rohani yang penting. Salah satunya adalah betapa hebat kuasa-Nya, sebagaimana ditulis dalam ayat 19:
“dan betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya yang besar,”
Catatan kaki satu pada kata “kuasa” dalam ayat 19 mengatakan:
“Menurut doa rasul, hal ketiga yang perlu kita ketahui adalah keunggulan kuasa Allah terhadap kita. Ini sangat subjekif dan dapat kita alami hari ini. Kuasa Allah terhadap kita sangat besar. Kita perlu mengenalnya dan mengalaminya.”
Kuasa ini tidak bersifat objektif bagi kita. Tuhan bermaksud agar kita mengetahui dan mengalami kuasa tersebut hari ini dan setiap hari.
Keunggulan Kuasa Allah
Catatan kaki kedua dalam ayat 19 menjelaskan kata “kuasa” dengan lebih terperinci:
“Kuasa Allah yang besar dan hebat terhadap kita adalah menurut pekerjaan kekuatan kuasa-Nya, yang dikerjakan-Nya dalam Kristus. Kuasa Allah terhadap kita sama seperti kuasa yang dikerjakan-Nya dalam Kristus. Kristus adalah Kepala dan kita adalah Tubuh. Tubuh mengambil bagian dalam kuasa yang bekerja di dalam Kepala.”
Kristus adalah Kepala, dan kita yang percaya adalah Tubuh-Nya. Dengan cara inilah kita dapat berpartisipasi dalam kuasa yang bekerja di dalam Kristus Sang Kepala.
Efesus 1:19-22 menggambarkan bagaimana Allah membuat kuasa ini bekerja di dalam Kristus. Hal ini bekerja di dalam Kristus untuk membangkitkan Dia dari kematian, mendudukkan Dia di surga, menundukkan segala sesuatu di bawah kaki-Nya, dan menjadikan Dia Kepala atas segala sesuatu bagi gereja.
Tidak heran Paulus menyebut hal ini sebagai kuasa yang luar biasa besarnya.
Paulus berkata di ayat 19 bahwa kuasa ini ditujukan “bagi kita yang percaya.” Kemudian di ayat 22, dia mengatakan bahwa Kristus telah diberikan-Nya “kepada Jemaat (Gereja)” sebagai Kepala dari segala yang ada.
Catatan kaki 3 pada Efesus 1:22 menjelaskan pentingnya dua frasa ini bagi kita yang percaya dan kepada jemaat (gereja):
“Kepada gereja menyiratkan semacam transmisi. Apa pun yang telah dicapai dan didapatkan oleh Kristus, Sang Kepala, ditransmisikan kepada gereja, Tubuh-Nya. Dalam transmisi ini gereja mengambil bagian dengan Kristus dalam segala pencapaian-Nya : kebangkitan dari antara orang mati, didudukkan dalam keunggulan-Nya, penaklukan segala sesuatu di bawah kaki-Nya, dan kekepalaan atas segala sesuatu.
Bagi kita yang percaya (ay. 19) dan kepada gereja menunjukkan bahwa kuasa ilahi, yang mencakup semua yang telah dilalui oleh Allah Tritunggal, telah dimasukkan ke dalam kita sekali untuk selamanya dan sedang ditransmisikan ke dalam kita secara terus-menerus, sehingga kita menikmati Kristus dengan limpah dan memiliki kehidupan gereja yang wajar sebagai Tubuh-Nya, kepenuhan-Nya, hasil dari berkat Allah yang disebut sebelumnya.”
Bagi kita yang percaya (ay. 19) dan kepada gereja menunjukkan bahwa kuasa ilahi, yang mencakup semua yang telah dilalui oleh Allah Tritunggal, telah dimasukkan ke dalam kita sekali untuk selamanya dan sedang ditransmisikan ke dalam kita secara terus-menerus, sehingga kita menikmati Kristus dengan limpah dan memiliki kehidupan gereja yang wajar sebagai Tubuh-Nya, kepenuhan-Nya, hasil dari berkat Allah yang disebut sebelumnya.”
Keunggulan kuasa yang dapat menang dari segala hal negatif dan meninggikan Kristus ke surga disalurkan kepada gereja, Tubuh-Nya. Kuasa ini, yang mencakup semua yang telah diwariskan oleh Allah Tritunggal, telah dipasang di dalam diri kita yang percaya dan terus-menerus disalurkan ke dalam diri kita! Jadi kita tidak perlu memohon kuasa; itu sudah ada dalam diri kita. Mengenal kuasa ini adalah hal yang luar biasa.
Namun sekadar mengetahui tentang kuasa itu, dan bahkan mengetahui bahwa kuasa itu telah tertanam dalam diri kita, tidak akan memberikan banyak manfaat bagi kita. Agar kita dapat benar-benar merasakan kuasa yang telah tertanam dalam diri kita, diperlukan satu hal lagi: kita perlu memanfaatkannya.
Kita Perlu Terhubung
Sebuah ponsel tidak dirancang untuk bekerja dengan dayanya sendiri. Itu dibuat dengan baterai yang perlu diisi ulang. Meskipun terdapat stop kontak listrik di sekitar lokasi, hal itu tidaklah cukup. Kita harus sengaja mencolokkan ponsel ke stop kontak agar bisa diisi dayanya.
Demikian pula, kita tidak dirancang untuk bekerja dengan kekuatan kita sendiri. Kristus ingin menjadi sumber kekuatan bagi kita untuk melakukan segala sesuatu. Dan dalam kasus kita, kuasa ilahi tidak hanya ada di dekat kita; itu ada di dalam kita, selalu tersedia bagi kita. Namun untuk mengalami transmisi kuasa yang luar biasa besarnya itu, kita perlu “terhubung dengan” Kristus sebagai sumber kita.
Bagaimana Cara untuk Terhubung
Jadi bagaimana kita dapat memanfaatkan keunggulan kuasa yang telah dipasang dan disalurkan kepada kita? Kita “menyambungkannya” melalui mengontak Tuhan yang tinggal di dalam kita, di dalam roh insani kita.
Karena keunggulan kuasa Allah telah terpasang dalam diri kita, maka bukanlah persoalan meminta Tuhan memberi kita kuasa yang lebih besar. Kita hanya perlu mengontak Dia secara teratur untuk mengalami transmisi diri-Nya sebagai kuasa kepada kita.
Jadi kita perlu meluangkan waktu bersama Tuhan Yesus, terutama di pagi hari, untuk “menyambungkan tenaga”. Pada saat-saat seperti itu, ketika kita membuka diri kepada-Nya dalam doa, membaca Firman-Nya, dan bahkan berdoa dengan Firman-Nya, Kristus memberikan lebih banyak hayat ilahi-Nya ke dalam kita. Inilah cara kita dikuatkan di dalam Kristus dan dimampukan untuk melakukan segala sesuatu di dalam Dia.
Dan kita dapat dikuatkan melalui berseru kepada nama Tuhan Yesus. Ini adalah cara sederhana untuk berpaling kepada Tuhan dalam roh kita dan langsung memanfaatkan transmisi kuasa ilahi yang tak terkalahkan ini. Kita dapat menikmati “pengisian” cepat kapan saja, di mana saja, dengan berseru kepada nama Tuhan. Kita juga dapat menyambungkan dan mengontak Tuhan dengan bernyanyi dan berdoa singkat. Jika kita rutin melakukan hal ini, keluh kesah kita akan berubah menjadi sukacita di dalam Tuhan.
Ketika batin kita menjadi dinamis, tidak ada sesuatu pun di dunia ini yang akan melemahkan atau menindas kita. Alih-alih pasrah, kita akan dikuatkan untuk menjalani hidup yang penuh sukacita, apa pun kondisinya, mampu melakukan segala sesuatu di dalam Dia yang memampukan kita. Jika Anda tinggal di Indonesia, Anda dapat memesan salinan gratis Perjanjian Baru dengan Catatan Kaki Versi Pemulihan di sini untuk membaca semua catatan pada ayat-ayat yang kami kutip dalam postingan ini.
Post Views: 2,256