Kehidupan Kristen | 25 Agustus 2023
Mengapa Allah mengizinkan adanya penderitaan di dalam kehidupan kristiani kita?

Waktu ini di tahun yang lalu, tidak ada seorang pun yang pernah membayangkan apa yang pernah kita alami di tahun 2020. Pandemi global yang berdampak besar kepada kita semua. Semua orang menderita, entah kehilangan orang yang dikasihi, kesehatan, penghasilan, relasi, interaksi sosial dan sebagainya. Rasa aman masyarakat seketika sirna, tergantikan oleh perasaan khawatir, sedih, dan kecewa.
Menjadi seorang Kristen pun tidak mengecualikan kita dari pengalaman sulit ini. Hal ini mungkin membuat kita mempertanyakan mengapa Allah mengizinkan adanya penderitaan di dalam kehidupan kaum beriman.
Di dalam artikel ini, kita akan melihat beberapa ayat dan catatan kaki dari Roma 5 & 8 di dalam kitab Perjanjian Baru Versi Pemulihan untuk melihat tujuan khusus Allah atas kita melalui kesulitan dan penderitaan yang kita alami.
Saat ini, kita bermegah di dalam pengharapan akan dibawa masuk ke dalam kemuliaan Allah artinya kita pada akhirnya akan sepenuhnya mengekspresikan Allah. Inilah tujuan Allah atas kita dan inilah alasan Dia menciptakan kita.
Bermegah akan kemuliaan Allah di dalam ayat 2 tentu masuk akal bagi kita. Namun, dalam ayat 3 Paulus mengatakan “kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita”.
Bagaimana mungkin? Tidak ada seorang pun yang menyukai kesengsaraan; jika hal itu tergantung pada kita, kita tentu akan menghindari segala kesulitan. Namun, Paulus dengan jelas mengatakan bahwa kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah dan juga dalam kesengsaraan. Pengharapan dan kesengsaraan pastilah berhubungan, namun bagaimana caranya?
Catatan kaki 1 dari kata kesengsaraan di dalam Alkitab versi Pemulihan memberikan kepada kita suatu pengertian yang berharga:
Segala sesuatu mengacu kepada segala perkara dan manusia di dalam hidup kita, yang telah diatur Allah untuk mendatangkan kebaikan. Namun apakah artinya kebaikan di sini? Apakah itu mengacu kepada materi yang baik, seperti rumah yang bagus, mobil, pekerjaan, pasangan, dsb? Konteks dari ayat ini menunjukkan kepada kita bahwa kata kebaikan di sini bukanlah mengacu kepada hal-hal seperti itu. Ayat 29 dan 30 mengatakan:
Allah mengatur segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan sehingga kita dapat dibawa ke dalam kemuliaan melalui diserupakan dengan rupa Kristus; kemudian kita akan mengekspresikan Allah sepenuhnya. Inilah tujuan Allah atas kita. Betapa indahnya hal ini!
Namun sampai saat ini, kita harus mengakui kita belum sepenuhnya menjadi serupa dengan gambaran Kristus di setiap aspek kehidupan kita. Cara kita berpikir, apa yang kita ucapkan, apa yang kita inginkan, bagaimana kita memperlakukan orang lain, dan seterusnya, sangatlah berbeda dengan persona Kristus. Kita tidak memiliki cukup Kristus di dalam jiwa kita, sehingga kita tidak mengekspresikan Allah sedemikian rupa. Lalu, bagaimana pengharapan kita akan kemuliaan ini dapat tergenapi?
Jika hal ini tergantung pada kita, pekerjaan Allah mungkin akan berhenti. Kita mungkin acuh tak acuh atas hal ini. Namun Allah damba kita mencapai tujuan ini, maka di dalam perhatian kasih-Nya kepada kita, Dia mengatur “segala sesuatu” di dalam lingkungan kita, termasuk kesengsaraan yang disebutkan di dalam Roma 5:3. Allah mengatur segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan sehingga kita dapat diubah dan diserupakan dengan gambaran anak-Nya. Kesengsaraan membantu kita. Inilah cara pengharapan akan kemuliaan dan kesulitan saling berhubungan. Jika kita nampak ini, kita akan memahami mengapa Allah mengizinkan adanya kesulitan di dalam penghidupan kristiani kita.
kepada Tuhan bisa mendingin dan kita mudah diduduki oleh hal-hal lain selain Dia
Namun, tatkala kita menderita, kita cenderung akan lebih sungguh-sungguh berpaling kepada-Nya. Kita menyadari betapa kita memerlukan Dia, sehingga kita akan lebih banyak bersandar kepada-Nya, lebih banyak berdoa, lebih banyak membaca firman-Nya, dan mencari penampakan-Nya. Hati kita akan terbuka kepada-Nya dan kita akan membiarkan Dia bekerja di dalam kita.
Sekarang mari kita cermati kembali kalimat kedua dari catatan kaki untuk melihat bagaimana kita dapat bermegah di dalam kesengsaraan:
Jika kita sadar bahwa Allah yang mengatur segala sesuatu, termasuk kesengsaraan, untuk mendatangkan kebaikan bagi kita, kita tidak akan bingung atas apa yang terjadi dalam hidup kita. Sebaliknya, kita akan menerima kesengsaraan itu sebagai jelmaan kasih karunia. Kasih karunia adalah Allah itu sendiri sebagai Roh yang tinggal di dalam roh kita untuk menjadi segala sesuatu yang kita perlukan dalam segala situasi.
Jika oleh kasih karunia-Nya, di tengah penderitaan, kita berpaling kepada Tuhan dan datang kepada-Nya di dalam doa, Allah akan memiliki jalan untuk mengerjakan sesuatu di dalam kita. Kesengsaraan yang Dia izinkan terjadi di dalam kehidupan kita akan melenyapkan rasa puas diri kita. Justru saat kita menderita, itulah saatnya kita paling murni kepada Tuhan.
Kita dapat memberi tahu Dia apa yang kita alami dan berdoa, “Tuhan, tambahkan diri-Mu kepadaku” atau “Tuhan, ubahlah aku serupa dengan-Mu”. Jika kita melakukan ini, sesuatu akan menerangi kita: kita akan sepenuhnya terbuka kepada Tuhan dan Dia pun akan memiliki jalan untuk menambahkan diri-Nya kepada kita. Sedikit demi sedikit, Kristus terbentuk di dalam hati kita, pikiran kita, emosi kita, dan tekad kita. Inilah caranya kita perlahan-lahan diserupakan dengan gambaran Putra Allah.
Suatu gambaran yang baik atas pekerjaan pengubahan ini adalah proses metabolisme, suatu proses yang tubuh kita alami setiap hari. Metabolisme di dalam organisme hidup mencakup dua aktivitas: memecahkan unsur-unsur lama dan membangun unsur-unsur baru.
Catatan kaki 1 atas Roma 5:3 menyimpulkan:
Justru melalui penderitaanlah, diri alamiah kita yang telah jatuh ini diremukkan, dengan demikian memberikan Kristus jalan untuk menambahkan diri-Nya kepada kita dan membangun kita.
Catatan kaki 1 dari ayat ini membicarakan kekuatan kasih itu:
Maka, sekalipun kita menderita, kita dapat yakin bahwa Allah sangat mengasihi kita. Kita tidak seharusnya pernah meragukan hati-Nya kepada kita. Kita dapat membenamkan diri kita ke dalam curahan kasih Allah dan dengan demikian dikuatkan untuk melewati segala penderitaan kita dengan suatu pandangan akan tujuan Allah. Kita dapat berdoa, “Allah, bahkan dalam penderitaanku, aku tahu Kau sangat mengasihiku. Terima kasih Kau telah mencurahkan kasih-Mu ke dalam hatiku.
Melalui memalingkan hati kita kepada Tuhan, berdoa bersekutu dengan-Nya, menghampiri Dia di dalam firman dan menyeru nama Tuhan Yesus, kita dapat terus menerus mengalami Allah yang menghibur dan menguatkan perjalanan pengubahan kita.
Tidak peduli kesulitan apa pun yang merintangi kita di tahun-tahun ke depan, kita berdoa supaya kita semua dapat menikmati kasih karunia Tuhan dan kasih-Nya yang bekerja di dalam kita untuk menyerupakan kita dengan gambaran Kristus.
Menjadi seorang Kristen pun tidak mengecualikan kita dari pengalaman sulit ini. Hal ini mungkin membuat kita mempertanyakan mengapa Allah mengizinkan adanya penderitaan di dalam kehidupan kaum beriman.
Di dalam artikel ini, kita akan melihat beberapa ayat dan catatan kaki dari Roma 5 & 8 di dalam kitab Perjanjian Baru Versi Pemulihan untuk melihat tujuan khusus Allah atas kita melalui kesulitan dan penderitaan yang kita alami.
Pengharapan dan Kesengsaraan di dalam Roma 5
Roma 5:2 mengatakan kita memiliki damai sejahtera dengan Allah dan berada di dalam anugerah, dan kita pun “bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah”.
Saat ini, kita bermegah di dalam pengharapan akan dibawa masuk ke dalam kemuliaan Allah artinya kita pada akhirnya akan sepenuhnya mengekspresikan Allah. Inilah tujuan Allah atas kita dan inilah alasan Dia menciptakan kita.
Bermegah akan kemuliaan Allah di dalam ayat 2 tentu masuk akal bagi kita. Namun, dalam ayat 3 Paulus mengatakan “kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita”.
Bagaimana mungkin? Tidak ada seorang pun yang menyukai kesengsaraan; jika hal itu tergantung pada kita, kita tentu akan menghindari segala kesulitan. Namun, Paulus dengan jelas mengatakan bahwa kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah dan juga dalam kesengsaraan. Pengharapan dan kesengsaraan pastilah berhubungan, namun bagaimana caranya?
Catatan kaki 1 dari kata kesengsaraan di dalam Alkitab versi Pemulihan memberikan kepada kita suatu pengertian yang berharga:
“Kesengsaraan adalah bagian dari segala sesuatu di dalam [Roma] 8:28 yang Allah atur agar bekerja bersama untuk kebaikan kita, sehingga kita dikuduskan, diubah, dan diserupakan dengan gambar Anak-Nya yang sudah masuk ke dalam kemuliaan. Karena itu, kita menerima kesengsaraan sebagai kunjungan yang manis dan jelmaan dari kasih karunia, dan kita dapat bermegah dalam hal-hal itu. Melalui kesengsaraan, efek membunuh dari salib Kristus atas diri alamiah kita diterapkan di dalam kita oleh Roh Kudus, sehingga Allah kebangkitan memiliki jalan untuk menambahkan diri-Nya ke dalam kita (lihat 2 Kor. 4:16-18)”.
Segala sesuatu mendatangkan kebaikan
Catatan kaki di atas membawa kita kepada Roma 8:28, yang mengatakan:
“Kita tahu sekarang bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah”.
Segala sesuatu mengacu kepada segala perkara dan manusia di dalam hidup kita, yang telah diatur Allah untuk mendatangkan kebaikan. Namun apakah artinya kebaikan di sini? Apakah itu mengacu kepada materi yang baik, seperti rumah yang bagus, mobil, pekerjaan, pasangan, dsb? Konteks dari ayat ini menunjukkan kepada kita bahwa kata kebaikan di sini bukanlah mengacu kepada hal-hal seperti itu. Ayat 29 dan 30 mengatakan:
“Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya”.
Allah mengatur segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan sehingga kita dapat dibawa ke dalam kemuliaan melalui diserupakan dengan rupa Kristus; kemudian kita akan mengekspresikan Allah sepenuhnya. Inilah tujuan Allah atas kita. Betapa indahnya hal ini!
Namun sampai saat ini, kita harus mengakui kita belum sepenuhnya menjadi serupa dengan gambaran Kristus di setiap aspek kehidupan kita. Cara kita berpikir, apa yang kita ucapkan, apa yang kita inginkan, bagaimana kita memperlakukan orang lain, dan seterusnya, sangatlah berbeda dengan persona Kristus. Kita tidak memiliki cukup Kristus di dalam jiwa kita, sehingga kita tidak mengekspresikan Allah sedemikian rupa. Lalu, bagaimana pengharapan kita akan kemuliaan ini dapat tergenapi?
Jalan mencapai tujuan Allah
Untuk mencapai tujuan Allah atas kita, kita perlu melalui proses pengubahan Tuhan seumur hidup kita, yang dimulai sejak kita dilahirkan kembali di dalam roh kita. Inilah cara Kristus menyebar dan memenuhi jiwa kita.
Jika hal ini tergantung pada kita, pekerjaan Allah mungkin akan berhenti. Kita mungkin acuh tak acuh atas hal ini. Namun Allah damba kita mencapai tujuan ini, maka di dalam perhatian kasih-Nya kepada kita, Dia mengatur “segala sesuatu” di dalam lingkungan kita, termasuk kesengsaraan yang disebutkan di dalam Roma 5:3. Allah mengatur segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan sehingga kita dapat diubah dan diserupakan dengan gambaran anak-Nya. Kesengsaraan membantu kita. Inilah cara pengharapan akan kemuliaan dan kesulitan saling berhubungan. Jika kita nampak ini, kita akan memahami mengapa Allah mengizinkan adanya kesulitan di dalam penghidupan kristiani kita.
Bagaimana persisnya kesengsaraan membantu kita?
Jika kita memperhatikan pengalaman kita sendiri, kita akan menyadari justru dalam situasi yang tenang dan kehidupan yang relatif lancar, kita cenderung melupakan kedambaan Allah untuk menjadikan kita ekspresi-Nya melalui menyerupakan kita dengan anak-Nya. Kasih kita
kepada Tuhan bisa mendingin dan kita mudah diduduki oleh hal-hal lain selain Dia
Namun, tatkala kita menderita, kita cenderung akan lebih sungguh-sungguh berpaling kepada-Nya. Kita menyadari betapa kita memerlukan Dia, sehingga kita akan lebih banyak bersandar kepada-Nya, lebih banyak berdoa, lebih banyak membaca firman-Nya, dan mencari penampakan-Nya. Hati kita akan terbuka kepada-Nya dan kita akan membiarkan Dia bekerja di dalam kita.
Sekarang mari kita cermati kembali kalimat kedua dari catatan kaki untuk melihat bagaimana kita dapat bermegah di dalam kesengsaraan:
“Karena itu, kita menerima kesengsaraan sebagai kunjungan yang manis dan jelmaan dari kasih karunia, dan kita dapat bermegah dalam hal-hal itu.”
Jika kita sadar bahwa Allah yang mengatur segala sesuatu, termasuk kesengsaraan, untuk mendatangkan kebaikan bagi kita, kita tidak akan bingung atas apa yang terjadi dalam hidup kita. Sebaliknya, kita akan menerima kesengsaraan itu sebagai jelmaan kasih karunia. Kasih karunia adalah Allah itu sendiri sebagai Roh yang tinggal di dalam roh kita untuk menjadi segala sesuatu yang kita perlukan dalam segala situasi.
Jika oleh kasih karunia-Nya, di tengah penderitaan, kita berpaling kepada Tuhan dan datang kepada-Nya di dalam doa, Allah akan memiliki jalan untuk mengerjakan sesuatu di dalam kita. Kesengsaraan yang Dia izinkan terjadi di dalam kehidupan kita akan melenyapkan rasa puas diri kita. Justru saat kita menderita, itulah saatnya kita paling murni kepada Tuhan.
Kita dapat memberi tahu Dia apa yang kita alami dan berdoa, “Tuhan, tambahkan diri-Mu kepadaku” atau “Tuhan, ubahlah aku serupa dengan-Mu”. Jika kita melakukan ini, sesuatu akan menerangi kita: kita akan sepenuhnya terbuka kepada Tuhan dan Dia pun akan memiliki jalan untuk menambahkan diri-Nya kepada kita. Sedikit demi sedikit, Kristus terbentuk di dalam hati kita, pikiran kita, emosi kita, dan tekad kita. Inilah caranya kita perlahan-lahan diserupakan dengan gambaran Putra Allah.
Suatu gambaran yang baik atas pekerjaan pengubahan ini adalah proses metabolisme, suatu proses yang tubuh kita alami setiap hari. Metabolisme di dalam organisme hidup mencakup dua aktivitas: memecahkan unsur-unsur lama dan membangun unsur-unsur baru.
Catatan kaki 1 atas Roma 5:3 menyimpulkan:
“Melalui kesengsaraan, efek membunuh dari salib Kristus atas diri alamiah kita diterapkan di dalam kita oleh Roh kudus, sehingga Allah kebangkitan memiliki jalan untuk menambahkan diri-Nya ke dalam kita (lihat 2 Kor. 4:16-18).”
Justru melalui penderitaanlah, diri alamiah kita yang telah jatuh ini diremukkan, dengan demikian memberikan Kristus jalan untuk menambahkan diri-Nya kepada kita dan membangun kita.
Kasih Allah kepada kita
Ketika kita melalui proses ini, kita dapat diyakinkan dan dikuatkan oleh perkataan Paulus dalam Roma 5:5:
“Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan ke dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita”
Catatan kaki 1 dari ayat ini membicarakan kekuatan kasih itu:
“Kasih Allah adalah diri Allah sendiri (1 Yoh. 4:8, 16). Allah telah mencurahkan kasih ini ke dalam hati kita dengan Roh Kudus yang telah diberikan kepada kita, sebagai tenaga penggerak di dalam kita, sehingga kita bisa menjadi orang yang menang secara berlebih dalam segala kesengsaraan kita (lihat cat. 391 dalam ps. 8). Karena itu, ketika kita menanggung kesengsaraan macam apa pun, kita tidak dipermalukan.
Maka, sekalipun kita menderita, kita dapat yakin bahwa Allah sangat mengasihi kita. Kita tidak seharusnya pernah meragukan hati-Nya kepada kita. Kita dapat membenamkan diri kita ke dalam curahan kasih Allah dan dengan demikian dikuatkan untuk melewati segala penderitaan kita dengan suatu pandangan akan tujuan Allah. Kita dapat berdoa, “Allah, bahkan dalam penderitaanku, aku tahu Kau sangat mengasihiku. Terima kasih Kau telah mencurahkan kasih-Mu ke dalam hatiku.
Melalui memalingkan hati kita kepada Tuhan, berdoa bersekutu dengan-Nya, menghampiri Dia di dalam firman dan menyeru nama Tuhan Yesus, kita dapat terus menerus mengalami Allah yang menghibur dan menguatkan perjalanan pengubahan kita.
Tidak peduli kesulitan apa pun yang merintangi kita di tahun-tahun ke depan, kita berdoa supaya kita semua dapat menikmati kasih karunia Tuhan dan kasih-Nya yang bekerja di dalam kita untuk menyerupakan kita dengan gambaran Kristus.
Post Views: 467