Keselamatan | 4 Agustus 2023
Apakah Saya Perlu Dibaptis?
        
Ini adalah pertanyaan penting yang harus ditanyakan oleh setiap orang beriman. Baik kita baru saja diselamatkan atau kita telah diselamatkan bertahun-tahun, jawaban atas pertanyaan ini sangatlah penting bagi kehidupan kristiani kita.

Tulisan ini akan memberikan bantuan praktis mengenai baptisan menurut Firman Tuhan.

Perlunya kita dibaptis
Dalam Markus 16:16, Tuhan Yesus mengatakan

“Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum.”

Kita harus jelas bahwa satu-satunya cara agar kita selamat dari penghukuman Allah adalah melalui percaya kepada Kristus. Kita dapat melihat pada bagian kedua dari ayat ini bahwa tidak percaya adalah satu-satunya hal yang berhubungan dengan penghukuman. Selain itu, Yohanes 3:16 menegaskan hal ini dengan berkata bahwa “setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”

Jadi kita dapat yakin bahwa bila kita telah menerima Tuhan Yesus, kita adalah anak Allah. Kita telah diselamatkan dari penghukuman Allah dan kita tidak akan binasa.

Lalu apa arti bagian pertama dari ayat ini: “Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan”? Jika percaya saja cukup untuk menyelamatkan kita dari penghukuman, mengapa baptisan disebutkan di sini?

Arti dari “diselamatkan”
Sebagai orang Kristen, kita biasanya berpikir bahwa orang yang diselamatkan adalah seseorang yang menerima Tuhan Yesus dan diselamatkan dari hukuman kekal. Ini memang benar, seperti yang kami sebutkan sebelumnya. Namun di dalam Alkitab, kita menemukan arti yang lebih lengkap dari kata “diselamatkan”, lebih dari yang terkadang kita pikirkan.

Kita semua mungkin setuju bahwa kita perlu diselamatkan dari banyak hal. Hal yang paling jelas adalah hukuman kekal. Tetapi bagaimana dengan kehidupan kita sehari-hari setelah kita percaya? Iblis menggunakan banyak hal untuk mencoba menjerat orang Kristen hari ini, meskipun takdir kekal mereka sudah terjamin. Dia menggunakan hal-hal seperti dunia dan cara hidup kita yang lama untuk mencoba membebani kita dan mengalihkan kita dari mengejar Kristus. Jadi apa yang kita lakukan? Bagaimana kita bisa lolos dari hal-hal ini? Jelas bahwa kita perlu diselamatkan lebih dari sekadar hukuman kekal.

Kabar baiknya adalah bahwa keselamatan lengkap Allah mencakup lebih dari tidak binasa selamanya. Dalam hikmat-Nya, Allah menetapkan baptisan sebagai langkah kedua dari keselamatan lengkap yang luar biasa, untuk menanggulangi hal-hal yang darinya kita perlu diselamatkan.

Di hadapan Allah dan manusia
Percaya adalah sesuatu yang batiniah dan tersembunyi. Ketika Allah melihat iman kita, Dia membenarkan kita dan menyalurkan hayat-Nya ke dalam kita. Kita tidak lagi dihukum oleh Allah, dan kita dilahirkan oleh hayat Ilahi-Nya untuk menjadi anak-Nya. Dengan percaya, kita diselamatkan di hadapan Allah.

Namun, orang-orang di sekitar kita tidak dapat melihat semua ini dan mereka masih menginginkan kita untuk hidup dengan cara yang sama seperti sebelumnya. Faktanya, dunia mencoba untuk bergantung pada kita. Maka, kita tidak hanya perlu diselamatkan di hadapan Allah; kita juga perlu diselamatkan di hadapan manusia. Kita perlu sebuah pemisahan dari dunia.

Percaya menyelamatkan kita dari penghukuman; baptisan memutuskan cengkeraman dunia atas kita. Baptisan mengubur kehidupan masa lalu kita dan membebaskan kita dari dunia yang menjerat kita.

Gambaran satu aspek keselamatan: Paskah
Kita dapat mengilustrasikan dua aspek keselamatan ini dengan kisah orang Israel dalam Keluaran 12-14. Dalam 1 Korintus 10:6, Paulus mengatakan bahwa apa yang terjadi pada mereka adalah contoh bagi kita kaum beriman hari ini.

Bangsa Israel diperbudak di Mesir dan berseru kepada TUHAN dalam kesengsaraan mereka. TUHAN mendengar mereka dan mengirimkan banyak tulah kepada orang Mesir, termasuk yang terakhir, tulah kematian anak sulung. Untuk diselamatkan dari kematian ini, bangsa Israel harus mengorbankan seekor anak domba—gambar Kristus sebagai Anak Domba Allah yang dikorbankan untuk kita—dan membubuhkan darah anak domba pada tiang pintu dan ambang pintu rumah mereka. Ketika TUHAN melihat darah anak domba di sebuah rumah, Dia melewati rumah itu dan anak sulung di dalamnya selamat dari kebinasaan. Dengan tinggal di rumah mereka di bawah darah anak domba, orang Israel lolos dari penghukuman Allah

Hari ini kita memiliki Kristus sebagai Anak Domba Allah yang sejati yang telah mati untuk menebus kita. Ketika kita mengaplikasikan darah-Nya dengan percaya ke dalam-Nya, kita diselamatkan dari penghakiman kekal Allah atas semua manusia yang berdosa. Jika Anda belum pernah menerima Kristus sebagai Juru selamat Anda, Anda dapat berdoa dengan sederhana seperti ini:

“Tuhan Yesus, terima kasih telah datang ke dunia ini untuk menjadi Anak Domba Allah untuk mengangkat semua dosaku. Terima kasih telah mencurahkan darah-Mu untukku. Aku menerima Engkau sebagai Juru selamat dan hayatku. Ampunilah aku atas segala dosaku dan bersihkanlah aku dengan darah-Mu yang mustika. Masuklah ke dalam diriku sekarang juga. Amin.”

Jika kita telah berdoa seperti ini, kita dapat yakin bahwa kita telah ditebus, dosa kita telah diampuni, kita memiliki hidup yang kekal, dan kita adalah anak Allah. Puji Tuhan!

Akan tetapi, TUHAN tidak berhenti dengan Paskah. Dia tidak menyelamatkan anak-anak Israel dari penghukuman hanya untuk meninggalkan mereka sebagai budak di Mesir.

Keluaran 12:51 mengatakan,

“Dan tepat pada hari itu juga TUHAN membawa orang Israel keluar dari tanah Mesir, menurut pasukan mereka.”

Tetapi bagaimana TUHAN membawa mereka keluar dari tanah Mesir?

Gambaran aspek lain dari keselamatan: menyeberang Laut Merah
Meskipun orang Israel telah terhindar dari penghukuman TUHAN berkat anak domba Paskah, masalah awal mereka tetap ada: mereka masih berada di Mesir di bawah penindasan Firaun. Mereka membutuhkan sebuah keluaran, keluar dari Mesir untuk menyelamatkan mereka dari penindasan itu.

Untuk menyelamatkan mereka dari Firaun dan Mesir, TUHAN memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir melalui Laut Merah. Firaun dan pasukannya mengejar mereka sampai bani Israel terjepit di antara pasukan Firaun dan Laut Merah, dan sepertinya tidak ada jalan keluar. Tetapi TUHAN menyuruh Musa untuk merentangkan tongkatnya di atas air, dan air itu terbelah. Orang Israel kemudian menyeberang di tengah-tengah laut di tempat kering ke seberang.

Ketika mereka semua telah lewat, Musa mengulurkan tangannya lagi ke atas laut, dan air berbalik, mengubur seluruh pasukan Mesir yang mengejar. Umat Israel dengan demikian dipisahkan dari Mesir, dan kekuasaan Firaun atas mereka digulingkan.

Kisah umat Israel ini dengan jelas menunjukkan kepada kita mengapa kita perlu dibaptis setelah kita menerima Kristus. Meskipun kita telah ditebus oleh Tuhan dan menerima Dia sebagai Juru selamat dan hayat kita, namun ada sesuatu yang menahan kita. Kita tidak dapat bebas menikmati keselamatan kita seperti yang kita kira, kita tidak dapat bebas dari cara hidup kita yang lama atau keterikatan duniawi seperti yang kita harapkan.

Perasaan ini menunjukkan bahwa kita juga membutuhkan keluaran. Perasaan ini menunjukkan bahwa kita sadar akan kebutuhan kita untuk bebas dari dunia, yang dilambangkan oleh Mesir, dan penindasan Iblis, yang dilambangkan oleh Firaun. Tapi “Firaun” tidak senang melepaskan budaknya, dan dia mengejar kita bahkan setelah kita ditebus untuk membawa kita kembali ke dunia. Jadi bagaimana kita melarikan diri?

Baptisan yang tepat memberikan garis pemisah antara kita dengan dunia, sama seperti Laut Merah memisahkan umat Israel dari Mesir. Baptisan membebaskan kita dari penindasan Iblis atas kita. Saat kita dibaptis, Iblis dan pasukannya terkubur di belakang kita di dalam air baptisan. Mereka tidak dapat lagi bergantung pada kita, dan kita aman di “sisi lain”, bebas dari belenggu Iblis dan dapat mengikuti Tuhan Yesus tanpa hambatan.

Sida-sida dari tanah Etiopia dalam Kisah Para Rasul 8
Tuhan Yesus menyuruh Filipus untuk berbicara kepada seorang sida-sida dari Etiopia, yang menerima Injil dengan sukacita. Dalam perjalanan mereka, mereka tiba di suatu tempat yang ada air. Sida-sida itu berkata kepada Filipus,

“Lihat, di situ ada air; apakah halangannya, jika aku dibaptis?” (ay. 36)

Filipus merespons, “Jika Tuan percaya dengan segenap hati, boleh.” Sida-sida itu menyatakan imannya bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah, dan mereka melangsungkan baptisannya.

“Lalu orang Etiopia itu menyuruh menghentikan kereta itu, dan keduanya turun ke dalam air, baik Filipus maupun sida-sida itu, dan Filipus membaptis dia.” (ay. 38)

Filipus menyatakan bahwa satu-satunya syarat agar sida-sida Etiopia itu dapat dibaptis—adalah percaya kepada Tuhan. Filipus tidak meminta pria itu untuk mengambil kelas, belajar tentang praktik Kristen, atau diselamatkan untuk jangka waktu tertentu. Sebaliknya, begitu pria itu menyatakan imannya, Filipus membaptisnya.

Pejabat istana dari tanah Etiopia dalam Kisah Para Rasul 8
Tuhan menyuruh Filipus berbicara kepada seorang pejabat istana dari Etiopia, yang menerima Injil dengan sukacita. Dalam perjalanan mereka, mereka tiba di suatu tempat yang ada air. Pejabat istana itu berkata kepada Filipus,

Lihat, di situ ada air; apakah ada halangan bagiku untuk dibaptis?” (ay.36)

Filipus merespons, “Jika Tuan percaya dengan segenap hati, boleh.” Pejabat istana itu menyatakan imannya bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah, dan mereka melangsungkan baptisannya.

“Orang Etiopia itu menyuruh menghentikan kereta itu, dan keduanya turun ke dalam air, baik Filipus maupun pejabat istana itu, lalu Filipus membaptis dia.” (ay. 38)

Filipus menyatakan bahwa satu-satunya syarat agar pejabat istana Etiopia itu dapat dibaptis—adalah dengan percaya kepada Tuhan. Filipus tidak meminta pria itu untuk mengambil kelas, belajar tentang praktik Kristen, atau diselamatkan untuk jangka waktu tertentu. Sebaliknya, begitu pria itu menyatakan imannya, Filipus membaptisnya.

Kepala penjara Filipi dalam Kisah Para Rasul 16
Rasul Paulus dan Silas, setelah dipukuli dan dipenjarakan karena memberitakan Kristus, menyanyikan puji-pujian kepada Allah di dalam penjara pada tengah malam. Saat mereka bernyanyi, terjadilah gempa bumi mengguncang fondasi-fondasi penjara, melepaskan belenggu semua tahanan dan memberi mereka kesempatan untuk melarikan diri.

Pelarian para tahanan berarti hukuman bagi kepala penjara. Karena kepala penjara mengira semua tahanan telah melarikan diri, ia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Namun, Paulus menghentikannya dan menunjukkan kepadanya bahwa mereka semua masih ada.

Pada situasi demikian, kepala penjara bertanya kepada para rasul, “Apa yang harus aku perbuat, supaya aku diselamatkan?” (ay. 30). Para rasul menjawab, “Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.” (ay. 31).

Lalu para rasul memberitakan Firman kepadanya dan kepada semua orang yang ada di rumahnya, dan kepala penjara itu membasuh luka mereka. Setelah kepala penjara dan seisi rumahnya menerima Firman dan percaya kepada Tuhan, “seketika itu juga ia dan keluarganya memberi diri dibaptis” (ay. 33).

Dari dua kisah ini, kita dapat melihat bahwa kita tidak perlu menunggu “siap” untuk dapat dibaptis. Sesungguhnya kita sudah siap ketika kita percaya. Tidak ada yang akan membuat kita lebih atau kurang layak untuk dibaptis. Kita hanya dapat menemukan satu syarat dalam Firman Tuhan untuk dibaptis: percaya kepada Tuhan Yesus.

Jangan lewatkan kesempatan
Apakah Anda sudah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun atau Anda baru saja diselamatkan tidaklah masalah. Seseorang tidak pernah terlalu dini untuk dibaptis, juga tidak pernah terlalu terlambat. Jika Anda sudah percaya ke dalam Kristus, tetapi belum dibaptis, jangan biarkan kesempatan itu berlalu begitu saja.

Jika Anda demikian, mohon luangkan waktu sejenak untuk berdoa kepada Tuhan atas kebutuhan Anda akan baptisan:

“Tuhan Yesus, terima kasih telah menunjukkan kepadaku kebutuhanku untuk dibaptis. Tuhan, aku tidak mau hanya diselamatkan secara batiniah dengan menerima hayat-Mu. Aku juga mau diselamatkan secara lahiriah dari Iblis dan dunia yang menghalangiku dari mengikuti-Mu dengan bebas. Tuhan, tunjukkan padaku bagaimana Engkau ingin aku menyelesaikan langkah penting untuk dibaptis ini. Amin.”