Keselamatan |  10 Desember 2021
Bagaimana Cara Mempertahankan Sukacita Keselamatan Kita
        
Ketika kasih Tuhan Yesus menjamah dan membuat kita bertobat serta mengakui nama-Nya, sukacita yang dalam yang belum pernah kita rasakan mengisi hati kita. Betapa sukacitanya diampuni dan dilahirkan kembali! Allah ingin semua anak-anak-Nya terus bersukacita dalam keselamatan-Nya yang ajaib ini sepanjang hidup mereka. Ini seharusnya menjadi pengalaman yang normal dari setiap kaum beriman, seperti yang dapat kita lihat dalam 1 Petrus 1:8: “Kamu bergembira dengan rasa sukacita yang mulia dan tidak terkatakan.”

Kita telah mengalami keselamatan yang begitu ajaib, dan kini kita memiliki akses kepada segala kekayaan Kristus. Kita seharusnya meluap dengan sukacita yang tidak terkatakan. Namun, walaupun kita takkan kehilangan keselamatan kekal kita, kita terkadang kehilangan sukacita keselamatan kita. Bagaimana ini dapat terjadi? Mari kita lihat dua kemungkinan penyebabnya.

1. Dosa menyebabkan kita kehilangan sukacita keselamatan kita
Walaupun kita telah diselamatkan, kita semua masih berdosa, mendukakan Tuhan, dan tidak taat kepada-Nya. Dosa-dosa yang kita lakukan menyebabkan kita kehilangan sukacita kita. Setelah kita melakukan dosa, kita merasa ada sesuatu yang salah, kita merasakan ada sebuah sekatan di antara kita dan Tuhan. Yesaya 59:2 memberitahu kita,

“Tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu.”

Dosa-dosa kita memisahkan kita dari Allah karena Allah itu adil-benar; Dia tidak dapat menoleransi dosa. Inilah mengapa bahkan pelanggaran yang kecil menimbulkan sekatan antara kita dengan Allah. Besar atau kecil, dosa-dosa kita menyebabkan kita kehilangan sukacita keselamatan kita.

2. Mendukakan Roh Kudus yang tinggal di dalam kita menyebabkan kita kehilangan sukacita keselamatan kita.
Roma 8:9 dengan jelas memberitahu kita bahwa “Roh Allah tinggal di dalam kamu.” Ketika kita menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat kita, Dia tidak hanya menebus kita, tetapi dia juga datang untuk berhuni di dalam kita sebagai Roh itu. Sekarang kita tidak lagi sendiri; kita memiliki Persona lain yang hidup di dalam kita, dan Dia memiliki pemikiran, perasaan, dan preferensi-Nya sendiri. Dia berkenan setiap kali kita berjalan bersama Tuhan yang tinggal di dalam kita. Dan ketika Dia berkenan, kita bersukacita. Dalam Efesus 4:30, Paulus berkata, “Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan.” Catatan kaki 1 dalam Alkitab Versi Pemulihan menjelaskan arti mendukakan Roh Kudus:

Mendukakan Roh Kudus berarti membuat Dia tidak senang. Roh Kudus tinggal di dalam kita selamanya (Yoh. 14:16-17), tidak pernah meninggalkan kita. Karena itu, Dia berduka ketika kita tidak hidup menurut-Nya (Rm. 8:4), yaitu, ketika kita tidak hidup menurut prinsip realitas dengan kasih karunia dalam perincian hidup kita sehari-hari.

Contohnya, kita ingin pergi ke suatu tempat. Namun, ketika kita berpikir untuk pergi, kita merasa tidak nyaman. Perasaan ini memberi tahu kita bahwa Tuhan tidak ingin kita pergi ke sana. Walau kita mungkin mencoba beralasan bahwa hal itu baik-baik saja, perasaan tidak nyaman itu tidak akan hilang; Tuhan Yesus tidak ingin pergi ke sana. Namun, katakanlah alih-alih setuju dengan Tuhan dan menaati-Nya, kita tetap pergi. Dengan tidak berjalan sesuai dengan-Nya, kita mendukakan-Nya dan membuat-Nya tidak senang. Dan mustahil bagi kita untuk senang bila Ia berduka.

Bagaimana cara kita memulihkan dan mempertahankan sukacita keselamatan kita?
Sebagai orang Kristen, sukacita kita terkadang tampak sangat sulit dipahami. Kita terkadang menangis kepada Tuhan seperti apa yang Daud lakukan, “Bangkitkanlah kembali padaku kegirangan karena selamat yang dari pada-Mu!” Apa yang dapat kita lakukan untuk memulihkan sukacita kita di saat seperti itu, dan bagaimana kita menghindari kehilangannya sejak awal?

Sama seperti bunga yang halus dipelihara dan dirawat oleh tanah, air, dan sinar matahari yang tepat, sukacita kita dipertahankan dengan kondisi yang tepat. Berikut adalah empat kebiasaan sehat yang dapat memberikan kondisi yang tepat untuk menjaga sukacita kita.

1. Akuilah dosa kita dengan segera
Tak peduli dosa kita adalah pelanggaran kecil atau pelanggaran serius, kita harus mengakuinya kepada Tuhan. Ini termasuk mendukakan Roh Kudus. Ketika hati nurani kita menyadarkan kita bahwa kita telah berdosa, kita tidak seharusnya menunggu untuk mengakuinya kepada Tuhan. Satu Yohanes 1:9 mengatakan, “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” Ketika kita mengaku, dan Allah yang adil-benar mengampuni dan menyucikan kita. Ketika masalah dosa teratasi dan persekutuan kita dengan-Nya dipulihkan, kita mengalami sukacita kesalamatan sekali lagi.

Belajar untuk mengaku dosa tanpa menunda adalah kebiasaan yang baik untuk dimiliki. Sesungguhnya, tidak ada alasan untuk menundanya. Semakin cepat kita mengakui dosa dan kegagalan kita kepada Tuhan, semakin cepat kita dapat menikmati persekutuan yang manis dengan-Nya sekali lagi.

2. Mengambil Firman Tuhan sebagai makanan rohani kita sehari-hari
Kita semua tahu, betapa pemarah dan mudah tersinggungnya kita, ketika kita belum makan dan lapar secara fisik, atau bahkan kekurangan gizi. Kita mengalami hal yang sama secara rohani ketika kita belum makan. Bila kita meluangkan waktu setiap hari untuk bersukacita dalam firman-Nya, firman yang kita konsumsi akan menjadi kegirangan dan kesukaan hati kita, menyuplai kita sepanjang hari.

Makan makanan fisik adalah suatu kenikmatan bagi kita, namun makan Firman Tuhan membawa kepuasan di dalam yang sejati dan kekal. Kebiasaan setiap hari untuk menerima Firman Tuhan sebagai makanan rohani kita, akan membantu kita mempertahankan sukacita kita dalam keselamatan Allah.

3. Berbicara kepada Tuhan dalam doa setiap waktu
Ketika kita datang kepada Tuhan, kita tidak perlu berlutut dan dengan formal membaca doa yang dihafalkan. Kita dapat dengan sederhana membuka hati kita dan berbicara kepada Tuhan Yesus secara pribadi. Di waktu apapun, siang atau malam, kita dapat berbicara kepada-Nya. Dalam Yohanes 16:24, Tuhan Yesus mengatakan agar kita “mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu.” Berbicara kepada-Nya di dalam doa mengenai segala hal dapat membawa sukacita kepada kita. Kita bahkan dapat berdoa hanya dengan berseru kepada nama Tuhan.

Dengan membuka diri kepada Tuhan di dalam doa setiap hari dan sepanjang hari—bukan hanya pada waktu-waktu tertentu atau peristiwa-peristiwa besar dalam hidup—kita menguatkan hubungan yang penuh kasih dengan-Nya. Dengan terus berada dalam persekutuan dengan-Nya, kita bisa mempertahankan sukacita kita.

4. Bersekutu bersama umat Kristen lain secara teratur
Memiliki persekutuan dengan umat Kristen lain juga membantu kita mempertahankan sukacita kita dalam Tuhan, karena salah satu sukacita terbesar dalam hidup Kristen adalah berkumpul bersama orang-orang yang mengasihi Yesus.

Mengenai persekutuan kaum beriman, dalam 1 Yohanes 1:3-4, Yohanes menunjukkan kepada kita bahwa persekutuan Kristen yang sejati bukanlah suatu kewajiban atau ritual melainkan suatu sukacita:

“Apa yang telah kami lihat dan telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamu pun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus. Semuanya ini kami tuliskan kepada kamu, supaya sukacita kami menjadi sempurna.”

Untuk lebih banyak pembahasan mengenai topik ini, Anda dapat membaca bab 2 dari buku Unsur – Unsur Dasar Kehidupan Orang Kristen volume 1 secara gratis karya Witness Lee dan Watchman Nee.

Semua ayat dan catatan dikutip dari Alkitab Versi Pemulihan terbitan LAI. Anda dapat memesan Perjanjian Baru Versi Pemulihan di sini.