Konsekrasi | 30 September 2022
Apa itu Konsekrasi ?
        
Ketika kita telah diselamatkan, kita dilahirkan kembali dengan hayat Allah. Ini adalah pengalaman yang benar-benar luar biasa dan menyenangkan! Namun, kelahiran kembali hanyalah awal dari perjalanan rohani kita.

Setelah kita dilahirkan kembali, langkah selanjutnya ialah konsekrasi atau menyerahkan diri kita kepada Tuhan. Dalam artikel ini, kita akan melihat arti konsekrasi dan mengapa hal tersebut merupakan langkah penting dalam perjalanan kehidupan rohani kita dengan Tuhan.

Apa itu Konsekrasi?
Dalam agama, kata konsekrasi biasa digunakan untuk status resmi atau pentahbisan. Status resmi ini atau pentahbisan diberikan kepada seseorang yang akan menjadi pendeta, imam, atau misionaris. Penggunaan istilah ini menyiratkan bahwa pentahbisan diberikan kepada orang dengan kategori khusus. Tetapi Perjanjian Baru mengungkapkan bahwa pentahbisan atau status resmi tersebut adalah sesuatu yang harus didapat dan dialami oleh setiap orang yang percaya dalam Kristus.

Konsekrasi juga bukanlah sesuatu yang hanya ditujukan kepada orang Kristen yang berpengetahuan atau orang Kristen yang dewasa secara rohani. Sebaliknya, kita semua perlu mengkonsekrasikan diri kita kepada Tuhan untuk memperdalam pengetahuan pribadi kita mengenai Kristus dan bertumbuh dalam hayat ilahi meskipun kita baru saja diselamatkan. Hal ini dikarenakan konsekrasi adalah hal dasar untuk setiap pengalaman rohani.

Jadi, apakah itu konsekrasi? Konsekrasi adalah mempersembahkan diri sendiri kepada Tuhan untuk menjadi “persembahan yang hidup”. Inilah yang dikatakan Rasul Paulus dalam Roma 12:1:

“Karena itu, Saudara-saudara, oleh kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: Itulah ibadahmu yang sejati.”

Dalam Perjanjian Lama, kurban adalah bagian yang dikhususkan bagi Allah dan ditempatkan di atas mezbah. Dalam mempersembahkan sesuatu kepada Allah, seseorang harus melepaskan kepemilikannya terhadap barang tersebut. Sebaliknya, apa yang dipersembahkan adalah milik Allah dan digunakan untuk kepuasan-Nya.

Hari ini, ketika kita mengkonsekrasikan diri kita kepada Tuhan maka kita menjadi persembahan yang hidup (kurban yang hidup). Hal ini berarti kita menaruh diri kita sepenuhnya ke dalam tangan-Nya. Sebelum kita mengkonsekrasikan diri kita, hidup kita adalah untuk mengejar tujuan dan kepuasan pribadi. Namun, sekarang hal tersebut adalah untuk-Nya.

Ketika kita mempersembahkan diri kita kepada Tuhan sebagai persembahan yang hidup, kita dengan sederhana memberi tahu Dia : “Tuhan Yesus, hidupku adalah untuk-Mu. Aku bukan lagi milikku sendiri, dunia atau hal yang lain. Aku di sini untuk-Mu dan untuk kepuasan-Mu”

EMPAT ALASAN MENGAPA KITA PERLU MENGKONSEKRASIKAN DIRI KITA KEPADA TUHAN
1. Untuk berjalan dalam jalan Tuhan.
Sebelum kita diselamatkan, kita telah mengambil jalan kita dan membuat keputusan kita sendiri. Kita telah memilih arah hidup kita pribadi. Setelah kita diselamatkan, Allah ingin kita berjalan di jalan-Nya dan dipimpin oleh-Nya. Namun, jika kita tidak menyerahkan diri kita kepada-Nya, bagaimana kita dapat mengetahui jalan-Nya? Bagaimana Dia dapat memimpin kita? Mempersembahkan diri kita kepada-Nya membuat kita tetap berada di jalan-Nya dan menyelamatkan kita dari menempuh jalan kita sendiri. Kita dapat berdoa, “Tuhan, aku tidak ingin membuat keputusan sendiri atau mengambil jalan sendiri. Aku ingin tetap berada di jalan-Mu. Tuhan Yesus, aku berikan diriku kepada-Mu.”

2. Untuk Bertumbuh dalam hayat
Ketika Kristus masuk ke dalam kita, kita dilahirkan kembali dengan hayat ilahi-Nya. Kedambaan-Nya adalah agar hayat ilahi dalam kita bertumbuh. Akan tetapi setiap jenis hayat membutuhkan lingkungan yang tepat untuk bertumbuh. Menyerahkan setiap bagian dari diri kita dan setiap aspek dari kehidupan kita kepada-Nya menciptakan lingkungan yang terbaik untuk hayat ilahi bertumbuh di dalam kita.

Pengalaman kita akan Kristus sangat dipengaruhi oleh apakah kita menyerahkan diri kita kepada Tuhan atau tidak. Tanpa mengkonsekrasikan diri kita kepada-Nya, sulit untuk mengatakan apakah yang kita lakukan itu sesuai dengan kehendak Tuhan, dan apakah itu akan menyenangkan Dia.

Tetapi ketika kita menyerahkan diri kita kepada Tuhan, secara spontan kita akan merasakan apa yang menjadi kesenangan-Nya dan apa yang tidak. Perasaan ini adalah hasil dari hayat ilahi Allah yang berfungsi dalam kita dan hal tersebut diaktifkan atau bekerja melalui konsekrasi kita. Saat kita mengikuti Allah melalui taat kepada perasaan ini, kita bertumbuh dalam hayat ilahi dengan cara yang nyata dan praktis.

3. Untuk Mengizinkan Allah bekerja di dalam kita
Sebelum kita dapat bekerja untuk Allah, Allah terlebih dahulu perlu bekerja di dalam kita. Meskipun kita telah diselamatkan, Dia masih harus menyesuaikan pikiran, perasaan, keputusan, dan watak kita — seluruh apa adanya kita — dengan gambaran Anak-Nya, seperti yang dikatakan dalam Roma 8:29.

Allah itu Mahakuasa. Tetapi dalam hubungan-Nya dengan kita, Dia bukanlah Allah yang diktator. Dia menghargai kehendak bebas kita dan tidak memaksakan pekerjaan-Nya pada kita; sebaliknya, Dia membutuhkan persetujuan kita untuk bekerja dengan bebas di dalam kita. Konsekrasi kita adalah bentuk persetujuan kita.

Allah itu sabar dan Dia akan menunggu sampai kita memberikan izin kepada-Nya untuk bekerja di dalam kita demi mencapai tujuan-Nya. Alih-alih melawan Dia, kita dapat berdoa, “Tuhan, aku mengizinkan-Mu bekerja di dalamku. Aku memberikan diriku secara sukarela kepada-Mu. Tuhan, aku membuka pintu hatiku untuk-Mu. Masuklah ke dalam setiap ruang dalam hatiku dan aku ingin disesuaikan dengan gambar-Mu dalam segala hal.”

4. Untuk menikmati kekayaan keselamatan Allah
Keselamatan Allah penuh dengan kekayaan. Efesus 1:3 memberi tahu kita bahwa Allah telah memberkati kita dengan segala berkat rohani dalam Kristus. Berkat-berkat ini termasuk hayat ilahi, keinsanian dan kehidupan Kristus yang sempurna, kematian-Nya yang almuhit, kebangkitan-Nya yang penuh kuasa, kemenangan-Nya atas satan, kenaikan-Nya yang menaklukkan segala sesuatu dan banyak lagi. Jalan kita untuk masuk ke dalam kenikmatan atas segala berkat rohani adalah dengan mempersembahkan diri kita kepada-Nya. Kita sudah memilikinya namun untuk menikmati segala berkat rohani di dalam pengalaman, kita perlu meengkonsekrasikan diri kita kepada Allah

Dalam hal ini, konsekrasi itu layaknya sebuah pintu. Untuk memasuki sebuah gedung, kita harus masuk melalui pintu. Jika tidak, tidak peduli hal indah apa yang menanti kita di sisi lain, kita tidak dapat menikmati atau berpartisispasi di dalamnya. Konsekrasi adalah pintu bagi kita untuk masuk menikmati semua kekayaan keselamatan Allah. Ketika kita memberi diri kita kepada Tuhan, Dia akan memimpin kita dalam pengalaman kita untuk menikmati berkat-berkat yang melimpah dari keselamatan Allah yang penuh.

Kita dapat berdoa, “Tuhan, aku tidak ingin hanya mengetahui tentang kekayaan keselamatan-Mu; aku ingin menikmatinya. Tuhan, aku di sini. Aku memberikan diriku sepenuhnya kepada-Mu. Aku milik-Mu. Pimpinlah aku dengan Roh-Mu ke dalam pengalaman dan kenikmatan atas semua yang Engkau berikan kepadaku dalam keselamatan-Mu.”

Mengambil Langkah selanjutnya
Keselamatan kita adalah langkah awal dari perjalanan rohani kita. Langkah selanjutnya adalah mempersembahkan diri kita kepada Tuhan. Ketika kita melakukannya, kita akan tetap berada dalam jalan Allah, bertumbuh dalam hayat-Nya, membiarkan Dia bekerja dalam kita dan menikmati kekayaan keselamatan Allah yang penuh (atau keselamatan lengkap Allah).

Apakah kita baru saja diselamatkan atau orang yang sudah lama percaya, kita masing-masing dapat menyerahkan diri kita kepada Tuhan. Kita dapat mempersembahkan diri kita kepada Tuhan sekarang juga. Dia senang dan bersedia menerima konsekrasi kita kapan saja

(Semua ayat dikutip dari Alkitab dengan catatan kaki. Anda dapat memesan Perjanjian Baru dengan catatan kaki secara gratis di sini.)