Konsekrasi | 14 Oktober 2022
Dasar dan Motivasi untuk Mengkonsekrasikan Diri Kita kepada Allah
Dalam postingan sebelumnya, kita telah membahas makna konsekrasi dan bahwa memberikan diri kita kepada Allah membuat sebuah perbedaan yang besar dalam hidup Kristen kita dan hubungan kita dengan Tuhan.
Bagaimanapun, mengenal bahwa kita perlu memberikan diri kita kepada Tuhan belumlah cukup. Kita perlu menyadari dasar konsekrasi kita kepada Tuhan dan motivasi bagi kita untuk melakukannya dengan sukarela. Jika kita nampak kedua hal ini, konsekrasi kita tidak akan menjadi terpaksa atau setengah hati, hanya karena kita tahu itu hal yang baik bagi kita. Sebaliknya, konsekrasi ini akan menjadi sebuah pengalaman yang manis yang akan memperdalam hubungan kita dengan Tuhan Yesus.
Apakah kita menyadari bahwa kita memiliki “seorang tuan yang sah”? Alkitab memberi tahu kita bahwa pemilik kita adalah Tuhan Yesus. Satu Korintus 6:19-20 berkata:
Dan Roma 14:8 berkata:
Tuhan Yesus telah membayar harga yang mahal untuk menebus kita. Darah mustika-Nya telah Ia curahkan dalam kematian-Nya di kayu salib. Satu Petrus 1:18-19 berkata:
Karena Ia telah memberikan hayat-Nya untuk membeli kita, kita sekarang adalah milik Kristus, dan Ia secara sah memiliki kita. Ini adalah dasar konsekrasi kita kepada-Nya.
Walaupun kita adalah milik-Nya, Tuhan masih menunggu kita untuk memberikan diri kita kepada-Nya secara sukarela. Ia tidak akan pernah memaksa kita melakukan apa pun. Ia telah memberi kita sebuah kehendak bebas dan Ia ingin kita memilih Dia.
Inilah sebabnya, sangatlah penting bagi kita untuk melihat ayat-ayat ini bahwa kita bukanlah milik kita sendiri. Kita adalah milik-Nya yang telah membeli kita. Jika kita nampak dan mengapresiasi semua yang telah Tuhan lakukan untuk menghadapi kita, kita akan mengakui hak-Nya atas kita. Ini dapat memimpin kita untuk berdoa, “Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau membayar harga dengan darah-Mu yang mustika bagiku. Terima kasih Tuhan, aku bukan lagi milikku. Aku milik-Mu. Engkau telah membayar harga yang tertinggi bagiku. Aku mengakui hak penuh-Mu atasku. Tuhan, aku memberikan diriku kepada-Mu. Aku mempersembahkan diriku kepada-Mu.”
Kasih Allah terlihat dengan jelas dalam kematian Tuhan kita di atas salib bagi kita. Sebagai pendosa, kita hanya layak untuk dihakimi. Tetapi Allah Allah datang sebagai seorang Manusia di bumi dan menderita kematian yang tidak terbayangkan—semua karena Ia mengasihi kita.
Dalam 2 Korintus 5:14, rasul Paulus menyajikan perasaan mendalam yang kita alami ketika kita menyadari yang Tuhan kerjakan bagi kita:
Kasih Allah—lembut tapi berkuasa, halus tapi setia—mendorong kita dan memotivasi kita untuk dengan spontan memberikan diri kita kepada-Nya. Hak-Nya atas kita, juga adalah respons kasih terhadap kasih-Nya bagi kita. Kita akan dengan spontan berkata kepada Tuhan, “Tuhan, aku tidak berharga bagi apa pun. Tetapi karena kasih-Mu Engkau menderita dan mati di atas salib bagiku. Tuhan, kasih-Mu betapa besar! Sungguh, di luar pemahamanku. Aku mengasihi-Mu, Tuhan terkasih. Aku memberikan segala milikku dan apa adanya diriku kepada-Mu.”
Jadi, dasar yang solid dari konsekrasi kita adalah kepemilikan Allah atas diri kita. Motivasi kita untuk mengambil langkah ini adalah kasih Allah yang mendorong kita. Ketika kita mengalami kasih Allah, kita tidak bisa tidak menanggapi untuk mengasihi-Nya.
Semoga Tuhan membuka mata kita untuk melihat harga mustika yang telah Ia bayar untuk membeli kita dan menyebabkan kita menyadari bahwa kita adalah milik-Nya. Dan semoga kita didorong oleh kasih Kristus dan mengalami kemanisan menyerahkan diri kita kepada-Nya.
Jika Anda damba mempelajari lebih lanjut mengenai konsekrasi dan bagaimana mengkonsekrasikan diri Anda kepada Allah, silakan melihat postingan tambahan ini:
Apa itu konsekrasi?
Bagaimana aku mengkonsekrasikan diriku kepada Tuhan?
Mengasihi Yesus dengan dengan segala sesuatu kita
Bagaimanapun, mengenal bahwa kita perlu memberikan diri kita kepada Tuhan belumlah cukup. Kita perlu menyadari dasar konsekrasi kita kepada Tuhan dan motivasi bagi kita untuk melakukannya dengan sukarela. Jika kita nampak kedua hal ini, konsekrasi kita tidak akan menjadi terpaksa atau setengah hati, hanya karena kita tahu itu hal yang baik bagi kita. Sebaliknya, konsekrasi ini akan menjadi sebuah pengalaman yang manis yang akan memperdalam hubungan kita dengan Tuhan Yesus.
Dasar konsekrasi kita
Di rumah kita, kita memiliki banyak barang yang telah kita beli. Karena kita telah membayar harga tertentu baginya, barang-barang tersebut secara sah menjadi milik kita dan kita menjadi pemiliknya yang resmi.
Apakah kita menyadari bahwa kita memiliki “seorang tuan yang sah”? Alkitab memberi tahu kita bahwa pemilik kita adalah Tuhan Yesus. Satu Korintus 6:19-20 berkata:
“Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, — dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!”
Dan Roma 14:8 berkata:
“Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan.”
Tuhan Yesus telah membayar harga yang mahal untuk menebus kita. Darah mustika-Nya telah Ia curahkan dalam kematian-Nya di kayu salib. Satu Petrus 1:18-19 berkata:
“Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.”
Karena Ia telah memberikan hayat-Nya untuk membeli kita, kita sekarang adalah milik Kristus, dan Ia secara sah memiliki kita. Ini adalah dasar konsekrasi kita kepada-Nya.
Walaupun kita adalah milik-Nya, Tuhan masih menunggu kita untuk memberikan diri kita kepada-Nya secara sukarela. Ia tidak akan pernah memaksa kita melakukan apa pun. Ia telah memberi kita sebuah kehendak bebas dan Ia ingin kita memilih Dia.
Inilah sebabnya, sangatlah penting bagi kita untuk melihat ayat-ayat ini bahwa kita bukanlah milik kita sendiri. Kita adalah milik-Nya yang telah membeli kita. Jika kita nampak dan mengapresiasi semua yang telah Tuhan lakukan untuk menghadapi kita, kita akan mengakui hak-Nya atas kita. Ini dapat memimpin kita untuk berdoa, “Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau membayar harga dengan darah-Mu yang mustika bagiku. Terima kasih Tuhan, aku bukan lagi milikku. Aku milik-Mu. Engkau telah membayar harga yang tertinggi bagiku. Aku mengakui hak penuh-Mu atasku. Tuhan, aku memberikan diriku kepada-Mu. Aku mempersembahkan diriku kepada-Mu.”
Motivasi konsekrasi kita
Bila hak sah Allah atas kita bersifat objektif, ada sebuah aspek yang sangat subjektif dalam konsekrasi kita: kasih Allah. Sepanjang zaman, kasih Allah secara tidak terbendung menarik mereka yang mengejar-Nya untuk memberikan segala sesuatu mereka kepada-Nya. Ketika kasih-Nya menjamah kita, kita tidak bisa tidak mengkonsekrasikan diri kita kepada-Nya.
Kasih Allah terlihat dengan jelas dalam kematian Tuhan kita di atas salib bagi kita. Sebagai pendosa, kita hanya layak untuk dihakimi. Tetapi Allah Allah datang sebagai seorang Manusia di bumi dan menderita kematian yang tidak terbayangkan—semua karena Ia mengasihi kita.
Dalam 2 Korintus 5:14, rasul Paulus menyajikan perasaan mendalam yang kita alami ketika kita menyadari yang Tuhan kerjakan bagi kita:
“Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati.”
Kasih Allah—lembut tapi berkuasa, halus tapi setia—mendorong kita dan memotivasi kita untuk dengan spontan memberikan diri kita kepada-Nya. Hak-Nya atas kita, juga adalah respons kasih terhadap kasih-Nya bagi kita. Kita akan dengan spontan berkata kepada Tuhan, “Tuhan, aku tidak berharga bagi apa pun. Tetapi karena kasih-Mu Engkau menderita dan mati di atas salib bagiku. Tuhan, kasih-Mu betapa besar! Sungguh, di luar pemahamanku. Aku mengasihi-Mu, Tuhan terkasih. Aku memberikan segala milikku dan apa adanya diriku kepada-Mu.”
Jadi, dasar yang solid dari konsekrasi kita adalah kepemilikan Allah atas diri kita. Motivasi kita untuk mengambil langkah ini adalah kasih Allah yang mendorong kita. Ketika kita mengalami kasih Allah, kita tidak bisa tidak menanggapi untuk mengasihi-Nya.
Semoga Tuhan membuka mata kita untuk melihat harga mustika yang telah Ia bayar untuk membeli kita dan menyebabkan kita menyadari bahwa kita adalah milik-Nya. Dan semoga kita didorong oleh kasih Kristus dan mengalami kemanisan menyerahkan diri kita kepada-Nya.
Jika Anda damba mempelajari lebih lanjut mengenai konsekrasi dan bagaimana mengkonsekrasikan diri Anda kepada Allah, silakan melihat postingan tambahan ini:
Apa itu konsekrasi?
Bagaimana aku mengkonsekrasikan diriku kepada Tuhan?
Mengasihi Yesus dengan dengan segala sesuatu kita
Post Views: 188