Rencana Tuhan | 19 Mei 2023
Bagaimana Allah ingin Orang Kristen Menempuh Hidup ?
        
Kita mungkin memiliki beberapa gagasan bagaimana orang Kristen seharusnya hidup agar memuaskan Allah. Kita mungkin berpikir bahwa kita perlu mencoba yang terbaik dalam melakukan hal yang benar, melakukan pekerjaan yang benar, atau memperhidupkan semacam standar moral atau etika tertentu.

Sesungguhnya, asumsi kita menghalangi kita melihat kehendak sejati Allah bagi kita.

Jadi bagaimana Allah ingin orang Kristen menempuh hidup?

Dalam Elemen Dasar Kehidupan Orang Kristen (Basic Elements of Christian Life), volume 3, Watchman Nee menyatakan beberapa bantuan yang hebat sekali. Dalam bab 1, “Dua Prinsip Kehidupan—Prinsip Hayat atau Prinsip Benar dan Salah,” Nee menjelaskan prinsip yang Allah ingin kita perhidupkan, seperti yang diwahyukan dalam Alkitab.

Dalam postingan ini, kita menyertakan beberapa kutipan yang menerangi dari bab ini untuk membantu kita melihat bagaimana kita seharusnya hidup sebagai kaum beriman di dalam Kristus.

Kembali ke Permulaan
Untuk memahami bagaimana Allah ingin orang Kristen hidup, kami harus kembali ke permulaan. Setelah Allah menciptakan manusia pertama, Adam, Dia menempatkannya dalam Taman Eden, di mana ada dua pohon khusus dalam taman itu. Kejadian 2:9 mengatakan:

“Lalu TUHAN Allah menumbuhkan berbagai-bagai pohon dari bumi, yang menarik dan yang baik untuk dimakan buahnya; dan pohon kehidupan di tengah-tengah taman itu, serta pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat.”

Pohon hayat mewakili Allah sebagai hayat dalam bentuk makanan. Allah ingin Adam, yang mewakili seluruh umat manusia, makan dari pohon ini. Melalui makan dari pohon hayat, manusia akan menerima hayat Allah.

Di sisi lain, pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat mewakili Satan, musuh Allah, yang adalah sumber maut. Allah memperingatkan Adam bahwa makan dari pohon itu akan menghasilkan kematian.

Perhatikan bahwa Alkitab tidak menyebutkan dua pohon “pohon hayat dan yang baik” dan “pohon pengetahuan tentang yang jahat”. Pohon yang mewakili Allah hanya pohon hayat. Pohon lainnya adalah pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Satu pohon menghasilkan hayat, dan pohon lainnya menghasilkan maut.

Fungsi Hati Nurani Manusia
Seperti yang kita tahu, Adam dan Hawa dicobai oleh Satan untuk tidak menaati Allah dan makan dari pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat. Daripada hidup oleh hayat Allah dan menikmati hubungan kasih dengan Dia, Adam dan Hawa terpisah dari Allah karena mereka menjadi berdosa

Terpisah dari Allah adalah salah satu dari banyak konsekuensi kejatuhan Adam, yang mempengaruhi seluruh umat manusia. Daripada berada di bawah pemerintahan langsung Allah, manusia menjadi berada di bawah pemerintahan hati nuraninya.

Hati nurani adalah bagian batin kita yang diciptakan oleh Allah yang memperingatkan kita ketika kita telah melakukan sesuatu yang salah, sesuatu yang Allah tidak terima. Sangat luar biasa penting bagi orang untuk memperhatikan dan mendengarkan hati nurani mereka agar terlindung dari kejahatan yang menghancurkan bagi keselamatan dan tujuan Allah.

Allah juga memberikan sepuluh perintah dengan segala ketentuannya melalui Musa. Perintah-perintah ini tercatat dalam Perjanjian Lama menunjukkan kepada kita apa adanya Allah dan juga betapa berdosanya manusia. Melihat apa yang Allah setujui dan apa yang Allah hakimi menerangi hati nurani manusia.

Sungguh sangat penting bagi orang tua mengajar anak-anak mereka apa yang benar dan apa yang salah, dan membantu mereka mengenal yang baik dari yang jahat. Ketika orang tua mendorong dan mengajarkan anak-anak mereka untuk mendengarkan hati nurani mereka, anak-anak dapat belajar memiliki hubungan yang sehat dengan orang lain dan menumbuhkan masyarakat yang patuh kepada hukum dan berkontribusi sebagai anggota masyarakat. Ini semua diperlukan bagi peradaban manusia untuk berlanjut dalam cara yang tepat, dan tidak seharusnya diabaikan.

Tetapi sebagai tambahan, ketika kita diselamatkan, kita menerima hayat Allah, sehingga setelah kita diselamatkan, Allah ingin kita hidup dengan sesuatu yang bahkan lebih tinggi daripada hati nurani kita: hayat ilahi-Nya.

Dua Prinsip Kehidupan
Pohon hayat dan pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat mewakili bukan hanya dua sumber yang berbeda tetapi dua cara hidup yang sama sekali bertentangan. Satu cara adalah hidup melalui mengambil Allah sebagai hayat, dan cara lainnya adalah hidup menurut pengetahuan yang baik dan yang jahat—yaitu, melakukan apa yang kita pikir baik dan benar dan menjauhi apa yang jahat dan salah.

Dalam Elemen Dasar Kehidupan Orang Kristen (Basic Elements of Christian Life), volume 3, Nee menunjukkan bahwa dua cara ini adalah dua prinsip kehidupan. Pada halaman 9, dia menjelaskan mengapa sangat penting bagi kita sebagai kaum beriman untuk mengetahu tentang dua prinsip ini:

“Kekristenan mengajarkan hayat, bukan benar dan salah. Banyak saudara dan saudari muda di sini pagi ini. Saya ingin memberi tahu Anda bahwa setelah Anda menerima Tuhan Yesus dan memperoleh hidup baru, Anda memperoleh sesuatu yang sangat luar biasa dalam batin. Anda memperoleh prinsip kehidupan lainnya. Tetapi jika Anda tidak mengetahuinya, Anda akan mengesampingkan prinsip hayat dan mulai mengikuti prinsip benar dan salah.” (terjemahan langsung)

Kita Memiliki Hayat Allah di dalam Kita
Sejak waktu Allah menciptakan manusia sampai sekarang, kehendak Allah tidak pernah berubah. Dia masih menginginkan kita menerima hayat-Nya. Dan Dia ingin kita hidup dan melakukan sesuatu menurut prinsip hayat.

Jadi bagaimana kita dapat hidup menurut prinsip hayat? Syarat pertama adalah kita menerima hayat ilahi Allah. Ini terjadi ketika kita percaya kepada Yesus Kristus dan dilahirkan kembali oleh Roh di dalam roh kita. Sekarang kita memiliki hayat Allah di dalam roh kita!

Sekarang Allah ingin kita hidup setiap hari menurut hayat ini, bukan menurut aturan moral luaran dalam melakukan apa yang kita pikir baik dan benar.

Kita dapat melihat hal ini dengan jelas dalam Yohanes 3. Nikodemus, seorang yang baik dan bermoral, datang kepada Tuhan Yesus. Bukannya mengajar Nikodemus atau mendesak dia menjadi orang yang lebih baik lagi, Yesus dengan tegas memberi tahu dia, “Kamu harus dilahirkan kembali.” Tidak peduli seberapa baik Nikodemus, dia perlu dilahirkan kembali agar menerima hayat Allah dan hidup oleh hayat itu.

Dalam halaman 10, Nee dengan kuat menekankan poin ini:

“Tolong diingat, Firman Allah memberi tahu kita bahwa kehidupan Kristen kita didasarkan pada hayat batini, bukan sebuah standar luaran tentang benar dan salah. Banyak orang dunia, mereka yang belum diselamatkan, hidup menurut standar kehidupan terbaik yang mereka peroleh: prinsip benar dan salah. Jika Anda atau saya juga hidup menurut prinsip benar dan salah, kita sama dengan orang dunia. Orang Kristen berbeda dengan orang bukan Kristen karena kita tidak hidup menurut standar atau hukum luaran.” (terjemahan langsung)

Ketika kita diselamatkan kita memilihi hayat batini, hayat Allah. Ini membuat kita berbeda dengan orang yang belum diselamatkan. Jadi kita seharusnya hidup secara berbeda dengan orang yang tidak diselamatkan, bukan hidup menurut standar luaran tetapi menurut hayat Allah di dalam roh kita.

Tentu saja, kita tidak seharusnya salah paham terhadap poin yang dibuat. Melakukan hal yang jahat atau salah bukan sesuatu yang baik, dan Allah tidak pernah memimpin kita melakukan sesuatu yang berdosa atau jahat. Kita harus selalu mendengarkan suara hati nurani kita, yang sepenuhnya cocok dengan Allah, yang adalah kudus dan adil-benar.

Tetapi poinnya adalah bahwa Allah akhirnya ingin kita hidup menurut prinsip hayat, yang adalah kehendak sebermula-Nya ketika Dia menciptakan umat manusia. Kita harus menyadari lagi dan lagi bahwa Allah ingin kita—kaum beriman-Nya yang memiliki hayat-Nya—hidup, berjalan, dan melakukan apa pun menurut hayat-Nya.

Hayat ilahi Allah melebihi standar manusia manapun. Jadi ketika kita hidup dan bertindak menurut hayat Allah, kehidupan kita sesungguhnya jauh melampaui standar moral atau etika tertinggi. Kemudian saudara kita, rekan sekerja, teman-teman, dan orang lain dalam kehidupan kita melihat sesuatu yang lebih tinggi daripada kehidupan etika; mereka melihat ekspresi Allah sendiri dalam kehidupan kita.

Bagaimana Kita Tahu Apa Prinsip yang Kita Perhidupkan
Allah ingin anak-anak-Nya, yang seluruhnya dilahirkan dari hayat-Nya, hidup, berjalan, dan melakukan segala sesuatu menurut hayat-Nya. Tetapi secara praktis, bagaimana kita dapat mengetahui jika kita hidup menurut prinsip hayat? Nee memberikan beberapa indikator yang kita dapat beri tahukan dalam halaman 14:

“Tolong diingat bahwa hayat bukan membuat keputusan berdasarkan standar benar atau salah luaran. Perkara seharusnya diputuskan menurut perasaan hayat Allah atau perasaan maut. Keputusan seharusnya dibuat menurut hayat Allah ketika hayat itu naik atau turun di dalam kita. Orang bukan Kristen akan berkata bahwa dia dapat melakukan sesuatu karena itu baik atau benar. Kita harus bertanya kepada Tuhan di batin kita. Apa perasaan batini yang Tuhan berikan? Apakah kita merasa sukacita di batin tentang perkara ini? Apakah kita memiliki sukacita dan damai sejahtera rohani? Inilah perkara yang menentukan jalan rohani kita .” (terjemahan langsung)

Di sini Watchman Nee berbicara mengenai menentukan sesuatu menurut “perasaan hayat Allah atau perasaan maut .” Dengan kata lain, kita tahu apa sumber yang kita perhidupkan bukan melalui tanda luaran tetapi melalui perasaan batini, atau perasaan, yang kita miliki. Perasaan itu adalah salah satu dari kehidupan atau salah satu dari kematian.

Jika kita melakukan sesuatu menurut hayat, kita akan merasakan sukacita, senang, dan damai sejahtera. Dan perasaan itu bukan sesuatu yang dapat kita buat. Di sisi lain, jika kita memiliki perasaan hayat Tuhan surut di dalam kita, itu adalah perasaan kematian. Jadi bukan perkara betapa baik sesuatu yang kita lakukan, jika kita memiliki perasaan kematian rohani, kita perlu berhenti dan berpaling kepada Tuhan untuk mengontak Dia di dalam roh kita.

Dengan memperhatikan apakah kita memiliki perasaan hayat atau perasaan maut, kita akan secara terus-menerus belajar bagaimana hidup menurut prinsip hayat. Kita akan hidup dan bertindak menurut hayat Allah di dalam roh kita daripada menurut penilaian apakah hal yang dilakukan benar atau salah, baik atau jahat.

Dua Fakta yang Kita Harus Ingat
Tuhan adalah Persona yang hidup yang sekarang tinggal di dalam kita. Jika kita penuh perhatian kepada-Nya, Dia akan membiarkan kita tahu jika kita tidak hidup menurut prinsip hayat.

Dalam halaman 20 Nee menunjukkan dua fakta penting yang kita harus ingat:

“Dalam setiap perkara ketika kita mencari pembicaraan Allah di batin kita, secara spontan akan ada terang batini yang bersinar. Tolong diingat bahwa kelahiran kembali kita adalah sebuah fakta. Juga adalah fakta bahwa Allah sedang tinggal di dalam kita melalui Tuhan Yesus. Tuhan secara terus-menerus mengekspresikan diri-Nya di batin kita. Kita berharap bahwa setiap kita akan bisa berkata kepada Allah, ‘Anugerahilah aku sehingga aku hidup menurut pohon hayat, bukan menurut pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Aku ingin terus memperhatikan hayat. Saya ingin bertanya, ‘Apa arti perasaan hayat?’” Jika kita hidup menurut prinsip ini, kita akan melihat perubahan besar dalam kehidupan Kristen kita.”

Betapa luar biasanya bahwa kita telah dilahirkan dari Allah, dan bahwa Dia hidup di dalam kita hari ini. Semoga kita benar-benar melihat bahwa Allah ingin kita hidup menurut prinsip hayat. Dan sebagai hasilnya, semoga kita mencari pembicaraan Allah dalam setiap perkara, memperhatikan hayat, dan peka terhadap perasaan hayat di batin kita.

Dalam bab ini, Watchman Nee memberikan banyak contoh dari pengalamannya sendiri untuk menjelaskan poin ini mengenal bagaimana Allah ingin kita menempuh hidup. Situasi praktis ini sangat membantu dalam mempelajari bagaimana hidup menurut prinsip hayat. Kami mendorong Anda untuk membaca seluruh bab 1 melalui mengunduh salinan gratis dari Elemen Dasar Kehidupan Orang Kristen (Basic Elements of Christian Life), volume 3.

Jika Anda tinggal di Indonesia, Anda juga dapat memesan Salinan gratis dari Perjanjian Baru dengan Catatan Kaki Versi Pemulihan di sini.