Tentang Alkitab | 15 Mei 2021
Apa Esensi dari Alkitab?
Tahukah Anda apa esensi dari Alkitab? Kamus mendefinisikan esensi sebagai kualitas yang tidak tergantikan dari sesuatu, bahan terpenting atau unsur penting dari benda itu. Hal ini penting karena apakah sesuatu itu menentukan bagaimana menanganinya. Oleh sebab itu, mengetahui esensi dari Alkitab menentukan bagaimana kita menangani Alkitab.
Namun, ketika kita tahu apa esensi dari jeruk itu — buah dan jusnya yang bergizi — kita memperlakukannya dengan sangat berbeda. Kita tidak lagi ingin memainkannya atau menaruhnya di rak. Kita ingin memakannya atau membuat jus untuk menikmati intisarinya. Begitulah cara kita mendapatkan manfaat penuh dari jeruk.
Kita harus memandang Alkitab dengan cara yang sama. Ketika kita melihat “permukaannya”, apa yang kita lihat? Kita mungkin melihat kumpulan cerita yang menarik, buku dengan moral yang baik dan etika yang tinggi, manual untuk praktik keagamaan, atau referensi untuk pengajaran doktrin. Tetapi ketika kita menangani Alkitab sebagai buku cerita atau manual, kita tidak mendapatkan manfaat sepenuhnya.
Mengapa tidak?
Semua hal ini ditemukan di dalam Alkitab, tetapi bukan Alkitab itu. Untuk mendapatkan manfaat yang Allah maksudkan dari Firman-Nya, kita perlu melihat esensi, unsur penting, dari Alkitab.
“Seluruh Kitab Suci diilhamkan (diembuskan) Allah.”
Ayat ini tidak mengatakan bahwa seluruh Kitab Suci diamanatkan Allah, atau bahkan diberikan oleh Allah. Ayat ini mengatakan bahwa seluruh Kitab Suci diilhamkan (terjemahan aslinya, diembuskan oleh) Allah. Bagian pertama dari catatan ke-2 tentang diilhamkan Allah dalam Perjanjian Baru Versi Pemulihan menjelaskan:
“Ini menyatakan bahwa Alkitab, firman Allah, adalah embusan Allah. Pembicaraan Allah adalah embusan Allah. Karena itu, firman-Nya adalah roh (Yohanes 6:63), atau embusan (udara). Sebab itu, Alkitab adalah perwujudan Allah Sang Roh. Roh itu adalah esensi, substansi dari Alkitab.”
Napas dan Roh adalah kata yang sama dalam bahasa asli Alkitab. Dengan mengatakan bahwa seluruh Kitab Suci diembuskan oleh Allah, rasul Paulus menunjukkan bahwa esensi dari Alkitab adalah Roh itu.
Yohanes 6:63 mengatakan:
“Rohlah yang memberi hidup; daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup.”
Bukan huruf-huruf hitam di atas kertas putih dari Alkitab yang memberi hidup, tetapi Roh itu, yang merupakan esensi dari perkataan-perkataan itu. Ketika kita mengetahui hal ini, kita akan datang kepada Alkitab tidak hanya untuk mempelajari sesuatu yang baru, tetapi untuk menjamah Roh itu, esensi pemberi hidup, di dalam Firman.
Alkitab memberi kita hidup Sama seperti jeruk tadi, kita bisa tersimpangkan oleh “permukaan” Alkitab. Ketika ini terjadi, kita kemungkinan besar akan salah menangani Alkitab dan kehilangan hayat yang terkandung di dalam Firman Allah.
Namun, Yohanes 10:10 memberi tahu kita bahwa Allah menginginkan agar kita “mempunyai hidup [-Nya] dan mempunyainya dengan berlimpah-limpah.” Jadi, hal terpenting yang kita dapatkan dari Alkitab — lebih penting daripada doktrin, ajaran, atau cerita apa pun — adalah hidup (hayat) Allah.
Napas Allah, Roh-Nya, memberi hayat. Ajaran yang baik tidak bisa memberi kita hayat. Etika tidak bisa memberi kita hayat. Hanya Roh itu yang bisa memberi kita hayat, dan Roh itu adalah esensi dari Alkitab.
Jika kita melihat bahwa Roh itu adalah esensi dari Alkitab, kita akan mengubah pendekatan kita. Kita akan datang kepada Roh itu di dalam Firman Allah, dan Roh itu akan memberi kita hayat. Hayat ini akan menyegarkan kita, menghidupkan kita, memberi kita makan, dan menyebabkan kita bertumbuh di dalam Kristus.
Bacalah tentang bagaimana kita bisa datang kepada Roh itu dalam Firman Allah di postingan kami, Bagaimana Menerima Hayat dari Firman Allah dan Cara Makan Firman Allah.
Semua ayat dan catatan dikutip dari Alkitab Versi Pemulihan terbitan LAI. Anda dapat memesan Perjanjian Baru Versi Pemulihan di sini.
Kita perlu melihat di bawah permukaannya
Misalnya jeruk. Ketika kita melihat jeruk, kita melihat bentuknya yang bulat, warnanya yang oranye, dan teksturnya yang halus. Semua pengamatan ini benar, tetapi jika kita tidak mengetahui esensi dari jeruk, kita mungkin menggunakannya untuk sesuatu di luar tujuan yang seharusnya. Kita mungkin memainkannya karena terlihat seperti bola, atau kita mungkin menggunakannya sebagai hiasan. Tapi kita tidak akan menikmati esensi jeruk!
Namun, ketika kita tahu apa esensi dari jeruk itu — buah dan jusnya yang bergizi — kita memperlakukannya dengan sangat berbeda. Kita tidak lagi ingin memainkannya atau menaruhnya di rak. Kita ingin memakannya atau membuat jus untuk menikmati intisarinya. Begitulah cara kita mendapatkan manfaat penuh dari jeruk.
Kita harus memandang Alkitab dengan cara yang sama. Ketika kita melihat “permukaannya”, apa yang kita lihat? Kita mungkin melihat kumpulan cerita yang menarik, buku dengan moral yang baik dan etika yang tinggi, manual untuk praktik keagamaan, atau referensi untuk pengajaran doktrin. Tetapi ketika kita menangani Alkitab sebagai buku cerita atau manual, kita tidak mendapatkan manfaat sepenuhnya.
Mengapa tidak?
Semua hal ini ditemukan di dalam Alkitab, tetapi bukan Alkitab itu. Untuk mendapatkan manfaat yang Allah maksudkan dari Firman-Nya, kita perlu melihat esensi, unsur penting, dari Alkitab.
Apa esensi dari Alkitab?
Jawabannya terdapat dalam 2 Timotius 3:16:
“Seluruh Kitab Suci diilhamkan (diembuskan) Allah.”
Ayat ini tidak mengatakan bahwa seluruh Kitab Suci diamanatkan Allah, atau bahkan diberikan oleh Allah. Ayat ini mengatakan bahwa seluruh Kitab Suci diilhamkan (terjemahan aslinya, diembuskan oleh) Allah. Bagian pertama dari catatan ke-2 tentang diilhamkan Allah dalam Perjanjian Baru Versi Pemulihan menjelaskan:
“Ini menyatakan bahwa Alkitab, firman Allah, adalah embusan Allah. Pembicaraan Allah adalah embusan Allah. Karena itu, firman-Nya adalah roh (Yohanes 6:63), atau embusan (udara). Sebab itu, Alkitab adalah perwujudan Allah Sang Roh. Roh itu adalah esensi, substansi dari Alkitab.”
Napas dan Roh adalah kata yang sama dalam bahasa asli Alkitab. Dengan mengatakan bahwa seluruh Kitab Suci diembuskan oleh Allah, rasul Paulus menunjukkan bahwa esensi dari Alkitab adalah Roh itu.
Yohanes 6:63 mengatakan:
“Rohlah yang memberi hidup; daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup.”
Bukan huruf-huruf hitam di atas kertas putih dari Alkitab yang memberi hidup, tetapi Roh itu, yang merupakan esensi dari perkataan-perkataan itu. Ketika kita mengetahui hal ini, kita akan datang kepada Alkitab tidak hanya untuk mempelajari sesuatu yang baru, tetapi untuk menjamah Roh itu, esensi pemberi hidup, di dalam Firman.
Alkitab memberi kita hidup Sama seperti jeruk tadi, kita bisa tersimpangkan oleh “permukaan” Alkitab. Ketika ini terjadi, kita kemungkinan besar akan salah menangani Alkitab dan kehilangan hayat yang terkandung di dalam Firman Allah.
Namun, Yohanes 10:10 memberi tahu kita bahwa Allah menginginkan agar kita “mempunyai hidup [-Nya] dan mempunyainya dengan berlimpah-limpah.” Jadi, hal terpenting yang kita dapatkan dari Alkitab — lebih penting daripada doktrin, ajaran, atau cerita apa pun — adalah hidup (hayat) Allah.
Napas Allah, Roh-Nya, memberi hayat. Ajaran yang baik tidak bisa memberi kita hayat. Etika tidak bisa memberi kita hayat. Hanya Roh itu yang bisa memberi kita hayat, dan Roh itu adalah esensi dari Alkitab.
Jika kita melihat bahwa Roh itu adalah esensi dari Alkitab, kita akan mengubah pendekatan kita. Kita akan datang kepada Roh itu di dalam Firman Allah, dan Roh itu akan memberi kita hayat. Hayat ini akan menyegarkan kita, menghidupkan kita, memberi kita makan, dan menyebabkan kita bertumbuh di dalam Kristus.
Bacalah tentang bagaimana kita bisa datang kepada Roh itu dalam Firman Allah di postingan kami, Bagaimana Menerima Hayat dari Firman Allah dan Cara Makan Firman Allah.
Semua ayat dan catatan dikutip dari Alkitab Versi Pemulihan terbitan LAI. Anda dapat memesan Perjanjian Baru Versi Pemulihan di sini.
Post Views: 131